Perjalanan Panjang bernama "Rumah"

June 27, 2022

 



Siapa sih yang tak bermimpi memiliki rumah sendiri? Dan Orang tua mana yang gak mau memberikan tempat tinggal yang layak untuk keluarga?  Saya rasa semua orang pasti punya keinginan itu.  Terlebih papan adalah salah satu kebutuhan primer manusia.

Pernah menulis sharing-pengalaman-rahasia-rumah-tangga bebas riba dua tahun lalu semoga menginspirasi untuk semua. (Baca itu dulu agar nyambung dengan tulisan ini).

Terlepas dari tulisan itu, kembali saya menuliskan perjalanan panjang sampai akhirnya bisa dikatakan selesai--sekalipun gak bisa dibilang sempurna juga.  Karena kesempurnaan hanya milik Allah. Sementara manusia banyak maunya, beda kepala, beda selera he he.

Ok back to topic.

Rumah saya sizenya tak besar, bahkan hanya berdiri di atas tanah 72 m2.  Hah?! Kaget kan, yes .... kecil tanahnya lho.  Luas/tipe bangunan awal 36.  Dulu gak sanggup ambil yang hook. Sebab dua tahun sebelumnya tertipu puluhan juta oleh developer nakal di kawasan yang tak jauh dari rumah sekarang, Depok. DP 10 juta hilang plus 11 bulan angsuran yang terlanjur masuk sampai sekarang raib beserta oknum owner - pemilik lahan.  Sementara, bentuk fisik rumah juga tak bergerak dari sebidang tanah ditumbuhi ilalang tinggi.  Kejadian itu terjadi sepanjang tahun 2009, saat hamil sampai melahirkan si sulung.  

Kebayang gak rasanya gimana, nyesek dan perih jenderal! 😭😭 

Terseok-seok kembali mencoba bangkit, nego bank, sebab terlanjur kena BI Checking.  Berhubung kesalahan alias one prestasi bukan dari pihak kami, dengan sebelumnya menyertakan bukti-bukti tertulis berupa kwitansi pembayaran DP, rekening koran bukti pembayaran 11 bulan, dll, akhirnya kami bisa terbebas dan kembali ambil rumah di lokasi tak jauh dari rumah pertama.  

Masalah kelanjutan rumah tadi gimana? Tak jelas sampai sekarang, bahkan sudah di titik kami ikhlaskan ... Capek habis waktu, tenaga, biaya dan korban perasaan saat bolak balik memperjuangkannya. *Apalagi kami sempat stay pindah-pindah luar kota.  

Dulu sama sekali belum paham dosa RIBA. Jadi, kejadian pertama belum sampai pada introspeksi mendalam bersama, kenapa bisa tertimpa musibah itu? Apa dosa kami, dll.  Kami hanya menganggap itu sebatas ujian awal pernikahan.  

Lanjut, kembali ngotot ngambil KPR dan berhasil di 2011, tepat saat lahiran adek.si anak ke 2.  Setelah akad kredit, bangunan standar developer kelar dan layak dihuni 2012, juga direnovasi kecil-kecilan, cukup bisa menarik napas lega, finally impian terwujud ... menempati rumah pribadi.  Bye bye rumah kontrakan di Jaktim yang sejak 2008 sempat dihuni. (Terimakasih banyak juga meninggalkan berbagai cerita selama menghuni di sana). 

Lucunya, euforia rumah baru dirasakan sekejap saja. Baru setahun, harus di tinggal merantau karena suami pindah tugas ke Batam. 2013 kami terbang, dan stay di kota itu.  Harapan terselip semoga digaji dolar, agar pulang nanti lantai dua rumah kelar.
Sayangnya, ternyata tak kesampaian. Bayar angsuran tepat waktu aja sudah bersyukur banget kala itu.

Ketika mulai tersadar bahaya dan dosa RIBA dari beberapa kajian yang diikuti dan tausiah-tausiah lewat medsos, gelisah hati tak karuan.  (Seperti di tulisan sebelumnya) Akan tetapi, hijrah itu tak mudah ... Sebab kata Allah, dalam surat Al An kabuut ayat 2-3 : "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan, "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah benar-benar mengetahui orang-orang yang jujur dan sesungguhnya Dia benar-benar mengetahui orang-orang yang dusta!."


Nah, dan janjiNya itu pasti, buktinya perjalanan sampai di titik terakhir dipenuhi onak berduri 😢😢.  Tapi saya dan suami tak menyerah, berjuang terus, bagaimana caranya menuntaskan dosa yang masih melekat sesegera mungkin.

2020 rezeki besar mulai menghampiri ... pelunasan bisa dipercepat.  Sebelumnya sempat tertunda karena lebih berat ke renovasi menyelesaikan pembangunan lantai atas yang mandeg.  Mengingat rumah tersebut dihuni ibu mertua sejak kami move to Batam, kami pikir membuat nyaman beliau itu termasuk prioritas.  Besides, menyenangkan orang tua juga mendatangkan rezeki 'kan?

Di sisi lain, saya sendiri kala itu sudah pindah dan stay di kota kelahiran Bandar Lampung.  Menjalankan tugas birrul walidain menjaga kedua ibu bapak yang sudah sepuh.  Otomatis tertatih tatih mengelola keuangan dua dapur, sebab suami kembali di Depok seiring kepindahan saya ke pangkuan orang tua.

Walau begitu, Alhamdulillah wa syukurillah satu persatu tahap dilewati.  Setelah renovasi lagi,  menyusul pelunasan hanya berjarak setahun kalau tak salah.  

Sayangnya, selang sebulan--belum sempat melihat rumah dalam tampilan terakhir di Depok setelah bebas jeratan RIBA, emak saya berpulang ke rahmatullah.  Disusul bapak dua tahun kemudian. Tepatnya Maret 2022 lalu. Keduanya baru sekali menginjakkan kaki di sana, saat tampilan rumah jauh berbeda dari sekarang.  Belum kelar lantai atasnya.

Mei 2022, pasca kepergian bapak, wacana pindah lagi mengemuka -- kali ini kembali ke sisi suami.  After discussion, Bismillah ... keputusan akan dieksekusi saat dimulainya tahun ajaran baru 2023 ... Sekalian menunggu adek setahun lagi lulus SD di Bandar Lampung.  

Sebagai langkah awal, dilakukan persiapan sana-sini.  Apalagi mengingat kepulangan saya nanti akan ketambahan peliharaan yang bakal terparkir di depan rumah. Si badak tua Chevrolet Captiva kesayangan.  

So, renovasi lagi, plus menambahkan pagar sebagai kandang untuk badak agar tidak mengganggu tetangga kiri-kanan. Duitnya dari mana? Alhamdulillah, Biiznillah sejak bebas utang RIBA. Rezeki mengalir deras, dengan berbagai kejutan/bonus yang tak disangka-sangka.  

Kemarin, saya mendapatkan foto tampilan terakhir. Hanya bisa mengucap hamdalah dan sujud syukur .... Terima kasih ya Allah atas perjalan panjang syarat hikmah kehidupan.  Semoga berkah dunia akhirat, penghuninya samara selalu, dan nikmat sarana ini makin membawa ketaatan pagi semua orang yang bernaung di bawahnya.  Aamiin.

Terimakasih sahabat dan para guru yang tahu struggle panjang saya mendapatkan rumah ini-- bahkan sempat ikut mendoakan kebaikannya.  Jazakunallah khair.

Untuk kalian, sahabatku yang belum memiliki rumah impian. Jangan patah semangat. Semoga dibukakan rezeki, dimudahkan segala urusan. Bahkan, bisa mendapatkan rumah idaman jauh lebih baik dari ini.  

Bagi yang terlanjur kejeblos utang KPR berbau RIBA seperti saya, dan belum ada jalan keluar ... Banyak-banyak berdoa, panjangin sabar, inshaAllah kalau suami-istri kompak akan datang solusi tercepat dari Allah.  Aamiin.

Barakallahu fiikum ...




2 comments:

  1. Semoga Allah meridhoi, dan menginspirasi bagi orang lain

    ReplyDelete

Powered by Blogger.