Mendampingi Generasi Z dengan Mengenali Gaya Belajar Mereka

March 22, 2021


Hidup di era digital yang serba hitec, ditambah pandemi melanda dunia setahun terakhir disadari atau tidak membuat lompatan besar bagi dunia pendidikan. Hampir seluruh belahan dunia, tak terkecuali Indonesia, menerapkan sistem pembelajaran online demi menghindari wabah yang kian mengganas.


Masalahnya, begitu banyak kendala yang dihadapi entah itu orang tua maupun tenaga pendidik seputar pembelajaran tanpa tatap muka ini.  Mulai dari koneksi jaringan yang tidak stabil, tidak tersedianya sarana entah itu HP ataupun quota pembelajaran, kesulitan anak-anak menangkap materi, sampai kesulitan teknis yang dihadapi ortu dalam hal mendampingi belajar karena harus bekerja, kurang menguasai materi, dll.


Buat saya pribadi, belajar online di awal pandemi cukup menguras emosi.  Bagaimana tidak? Yang biasanya mengurus anak tanpa IRT juga LDR-an dengan suami saja sudah berat, sekarang malah ketambahan PR mendampingi anak-anak belajar online.  Tentu saja ini membuat waktu pribadi kian tersita demi menggantikan tugas sebagai pendidik. Akan tetapi masalahnya, saya dihadapkan dengan dua pilihan.  Diam di tempat lalu anak belajar sendiri dengan segala resikonya, atau sebagai ibu saya harus cepat beradaptasi dan menjalaninya dengan lapang dada agar teknologi tak menjadi pisau bermata dua.


Sahabat Rasulullah SAW, Ali bin Abi Thalib pernah berkata, "Didiklah anak sesuai zamannya", karena mereka hidup bukan di zamanmu”. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian.” 


Berpedoman pada itu, sebuah kesadaran muncul bahwa bagaimana saya bisa mendampingi buah hati belajar? Jika sebagai ibu enggan mengupgrade diri, agar tak tertinggal dalam pembelajaran?  Mulai dari hal kecil mengirim dokumen atau file tugas pembelajaran, jika untuk itu saja saya awam menggunakan, tentu anak-anak akan kesulitan mengikuti proses belajar mengajar.  Belum lagi jika harus menggunakan aplikasi pendukung, sementara saya gaptek menggunakan tool-tool program yang dimaksud.  Fuiiih! Bayangkan betapa ribetnya!


Kenali Gaya Belajar Generasi Z


Sabtu lalu, tepatnya 20 Maret 2021 saya mengikuti webminar bertemakan "Menjadi Parent Melek Digital Ala Generasi Z" yang diselenggarakan oleh SMA Lazuardi.  Acara tersebut menghadirkan pakar pendidikan Digital ibu Dya Loretta., SE., M.Ikom, CSP, CPM, dan Kepala SMA Lazuardi Sonya Sinyauri.




Di awal pembahasan diterangkan oleh Ibu Dya apa itu generasi Z.  Mereka adalah generasi sekarang yang lebih menguasai teknologi. Dan mereka adalah anak-anak kita saat ini, Hamdi dan Feera, kedua anak saya termasuk di dalamnya. Bu Dya memaparkan, sebagai orang tua, kita tidak boleh kudet, sebab generasi ini akan sangat bangga jika memiliki orang tua yang melek teknologi.


Masalahnya, tekadang kita sering melupakan, bahwa ‘mendampingi bukankan berarti memerintahkan’. Di kala pandemi, belajar melalui daring menuntut kita mendampingi anak secara ekstra, disinilah kita diharuskan untuk mau belajar bersama mengenal berbagai aplikasi digital.  Saya pribadi merasakan percepatan yang tak terbendung, kala diri mulai tertarik mempelajari aplikasi gambar semacam canva, ibispaint, aplikasi video seperti capcut, inshoot, kinemaster, juga aplikasi kekinian seperti youtube, tiktok, dsb. Berbeda sekali dengan saya dulu, generasi yang hanya berkutat dengan buku, dan bertanya langsung kepada guru/orang tua mengenai segala hal yang tengah dipelajari.


Nah, ternyata upgrade diri itu berguna sekali dalam mendampingi mereka belajar.  Benar sekali adanya bahwa anak membutuhkan ortu yang update saat ini yang dapat menjadi teman menjelajahi dunia secara digital, bukan ortu yang kudet (kurang update) yang malah menyalahkan ketika anak pegang smart phone.


Saya sempat merasa bersalah ketika Bu Dya menjelaskan orang tua hendaknya tidak perlu kesal dan tertekan tatkala anak sulit lepas dari pengaruh gadget--sepertinya saya seperti menemukan diri saya yang dulu--. Namun yang terpenting sekarang adalah bagaimana merubah pemikiran itu dan mencoba mengenali dulu gaya komunikasi anak kita yang lahir di era digital, seperti apa pola bermain, pola belajar, dan pola bersosiasilasi semua tidak luput dari teknologi. 


Gaya belajar Generasi Z

  1. Gaya belajar audiovisual, gaya belajar anak sebenarnya ada tiga.  Audio, visual dan gabungan antara keduanya.  Nah, anak generasi Z cenderung memiliki pola belajar keduanya, yakni bisa memahami suatu materi dengan mendengarkan sekaligus melihat dalam satu waktu.
  2. Tergantung teknologi digital
  3. Mudah menangkap pembahasan
  4. Kritis
  5. Senang mencoba hal-hal baru dan berinovasi
  6. Mudah mencerna arahan tutor/guru yang memposisikan diri sebagai teman
Nah, setelah kita memahami 6 gaya belajar generasi z tadi, paradigma saya mulai bergeser. Sebelumnya ketakutan luar biasa terlebih akan dominasi pengaruh buruk gadget justru berbalik bagaimana jika gadget justru dijadikan sarana belajar untuk mengenal banyak hal lebih dekat?


Kemudian saya cukup tertegun dengan penjabaran ada 10 profesi di masa depan yang mungkin akan menjadi trend.  Kesemuanya seolah masih asing di telinga.  Senyam-senyum sendiri ketika ingat si sulung Hamdi yang pernah nyeletuk pengen jadi youtuber atau content creator terutama di bidang automotif.  Ah, semoga saya bisa mendampinginya menggapai cita-cita dan menjadi ibu yang membanggakan.



Sejarah SMA Pintar Lazuardi


Setelah materi yang disampaikan Bu Dya, giliran Ibu Sonya menjelaskan seputar SMA PINTAR LAZUARDI.  Sekolah yang berbasis BLENDED LEARNING HIGH SCHOOL ini mulai beroperasi sejak tahun 2021-2022 sebagai pengembangan dari sekolah Lazuardi Group. 


Sekolah online, khususnya untuk universitas dan SMA, tampaknya akan menjadi trend sekolah alternatif yang tak terhindarkan. Lazuardi konsisten akan ikut serta memberikan kontribusi pada sistem pendidikan di negeri kita, dengan menyelenggarakan SMA Blended Learning tanpa meninggalkan kreativitas secara optimum. 


Caranya dengan menambahkan aktivitas hands on mandiri siswa lewat project based learning. Juga dukungan Learning Management System (LMS) yang diberi nama Pintar.  


Apa itu Blended Learning High School  ?


Merupakan sekolah yang menggabungkan antara kegiatan tatap muka dan pembelajaran online dengan prosentase pembelajaran online lebih besar. Kegiatan tatap muka akan dilakukan seminggu sekali di sekolah home based. Kegiatan tatap muka difokuskan untuk:

  • pembentukan karakter,
  • pengembangan keterampilan sosial,
  • coaching tentang karir,
  • kegiatan praktikum yang tidak dapat dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran online.


Untuk peserta didik yang berasal dari wilayah yang belum tersedia sekolah home based, kegiatan tatap muka akan digantikan dengan program pengayaan dan coaching yang dilakukan secara online.



Kurikulum Sekolah

Kurikulum di SMA Lazuardi mengacu pada kurikulum Nasional yang sedang berlaku diperkaya dengan konten kurikulum dari berbagai negara dan kurikulum keahlian. 

Visi: Masyarakat berbudaya luhur berlandaskan kebaikan welas asih, dan kebahagiaan spiritual.

Misi: Menggali dan mengembangkan potensi setiap individu dalam menciptakan perbaikan kehidupan.


Learning Management System (LMS)


Pedagogical Intelligence Architecture (PINTAR) adalah sebuah strategi pedagogi (pembelajaran) yang diterapkan melalui sebuah Learning Management System (LMS) online yang memperhatikan keterikatan antara peserta didik dengan proses pembelajaran melalui feedback process. PINTAR (Pedagogical Intelligence Architecture) adalah LMS pendukung pembelajaran online di SMA Pintar Lazuardi yang didukung oleh aplikasi yang canggih yang dapat diakses di mana saja dan kapan saja.



Keuntungan LMS


Multipart berarti materi disampaikan dalam bagian-bagian kecil dan dipilih hanya materi fundamental dari sebuah mata pelajaran. Upaya ini dimaksudkan agar mudah dipahami secara mandiri oleh siswa.

Feedback System akan memastikan peserta didik terlibat aktif, berinteraksi, saling memberi dan menerima umpan balik (feedback) untuk efektivitas belajar, mengetahui capaian hasil belajar, terbentuknya komunitas belajar, mendokumentasikan portofolio yang dapat diakses kapan saja dan dimana saja.

Differentiation Learning Dimulai dengan diagnostic assessment, sehingga dapat memandu learning path yang akan dilalui siswa dari urutan materi dan memungkinkan siswa memiliki tahapan belajar yang berbeda.

Learning Path peserta didik akan memililki ‘jalur/peta’ untuk mencapai hasil belajar yang sesuai dengan kemampuan dan tujuan pembelajaran.

Multi Friendly-Content Materi dan media pembelajaran dikemas dalam beragam bentuk sesuai kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Disajikan sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh peserta didik.

Gamification Pembelajaran online juga mempertimbangkan kesenangan dan keseruan. Ini dilakukan dengan menambahkan unsur games dalam pembelajaran.


Untuk informasi lebih lanjut anda bisa mengunjungi IG @smapintarlazuardi









No comments:

Powered by Blogger.