Impianku jadi Tentara

December 06, 2020



Oleh : Rafi Afnan Ilhamdi


 

Namanya Hamdi, lahir tepat pada hari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), 5 Oktober, sebelas tahun silam.  Ibunya kerap berkelakar bahwa hari ulang tahunnya akan selalu diperingati oleh seluruh rakyat Indonesia.  Awalnya, Hamdi kecil bingung.  Kenapa bisa begitu? Ternyata rasa penasarannya terjawab, ketika tepat menjelang hari ulang tahunnya ia terbangun dan melihat deru pesawat terbang yang terus berputar di udara.  Saat itu kebetulan mereka tinggal di Cijantung, Jakarta Timur. Sebuah sudut ibukota yang identik dengan markas besar kopasus Indonesia.


“Lihat, Nak, banyak pesawat tengah latihan akrobatik di udara.” Tunjuk ibu sambil mendongak ke angkasa.


Hamdi menatap dengan penuh rasa kagum, “untuk apa mereka latihan seperti itu, Bu?  Kalau aku sih serem, takut jatuh.”


“Mereka itu tengah latihan, Nak, selain menghibur warga kota, pertunjukan itu akan dipentaskan di hari ABRI, senin mendatang.”


“Ooh ... tepat di hari ulang tahunku seperti yang sering ibu bilang, ya?”


“Betul ...”


“Nanti biasanya tepat di hari itu, seluruh stasiun TV akan menayangkan puncak perayaan hari ulang tahun dan presiden selaku panglima ABRI akan berjalan memantau barisan dengan gagahnya.”


“Wah, aku tak sabar melihat para tentara berbaris rapi ...” teriak Hamdi antusias.


“Kebetulan tahun ini, peringatan HUT TNI akan diselenggarakan di markas Kopassus.” Ujar ibu dengan mata berbinar.


“Bisa kita melihat ke sana, Bu.”


“Tentu, Nak, kita akan melihat mereka lebih dekat nanti.”

 

Upacara HUT TNI terasa begitu meriah dan mengharukan.  Para penerjun payung, pesawat tempur dan tentara dari seluruh angkatan hadir dan berbaris rapi di lapangan.  Hamdi tidak akan pernah melupakan momen itu. Tiba-tiba terlintas di benaknya salah seorang pamannya, sepupu dari Ibu, Amran namanya.  Saat ini, Paman Amran bertugas di Yordania sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian dunia.  Tiap kali melihatnya berseragam lengkap, Hamdi ingin seperti dirinya.  Pamannya itu lincah dan cekatan dalam mengerjakan segala hal, apalagi dalam ilmu bela diri.


Seringkali di waktu senja, Hamdi dibawa sang ayah melintas di depan kantor kopasus. Bukan hanya untuk bermain ala mata-mata seperti di film-film, tapi mereka juga ingin melihat kegiatan latihan para tentara.  Kadang mereka tengah berlari melintasi lapangan, belajar menembak, atau merayap di tanah di bawah pagar duri yang sengaja dibuat untuk latihan.  Tak jarang, jika beruntung mereka menyaksikan para penerjun payung yang tengah melakukan pendaratan di zona latihan.  Sekalipun terlihat berat, sudah bisa dipastikan menjadi tentara adalah tugas mulia sebab menjaga pertahanan dan keamanan negara. 

 

“Di, coba kamu pilihkan, jaket mana yang cocok untuk ayah.” Pinta ayah suatu ketika saat mereka berkunjung ke sebuah Mall di akhir pekan.


Hamdi dengan antusias memilih corak loreng ala tentara dan menyodorkan kepada ayahnya. 


“Biar ayah mirip tentara!” Gurau Hamdi


Ayah tertawa seraya berkata, “Iya ayah dulu memang sempat bercita-cita menjadi tentara, namun sayang tak kesampaian, karena ayah malah memilih kuliah di jurusan teknik,” Jelasnya.


“Tenang, saja Yah, nanti Hamdi yang mewujudkan keinginan itu,” ucapnya sambil menepuk dada.


“Wah! Itu keren, Nak! Semangat terus mengejar cita-citamu ya, ayah doakan semoga Allah mengabulkan keinginan itu. Aamiin.”


 

 ❤❤❤❤❤


 *Tulisan ini adalah goresan putra sulung saya yang diikutsertakan dalam buku Antologi Profesi Hebat Pribadi bermanfaat komunitas penulisan Rumpun Aksara


 


No comments:

Powered by Blogger.