IMD Insantama, Ajang Melatih Jiwa Enterpreneurship Siswa Sesuai Syariah

November 07, 2019

Sejak kamis minggu lalu, sepulang sekolah si bungsuku sudah sibuk nyuruh prepare kira-kira mau dagang apa di Insantama Market Day (IMD) Rabu, 6 Nopember? Sebenarnya siswa kelas 3 belum wajib menjadi penjual, namun sudah boleh berdagang jika mau.  Mengingat pengalaman sang abang sejak kelas 3 sudah antusias berjualan, maka si kecil kelihatannya nggak mau kalah.

Aku pribadi sudah mengenal market day sejak kedua krucil menjadi siswa di SDIT Insantama Lampung tahun ajaran 2017 lalu. Ajang ini digelar sekali setiap semester.

Para siswa yang wajib berjualan biasanya murid kelas 4-6. Sedangkan bertindak sebagai pembeli siswa kelas 1-3, wali murid pendamping atau pengunjung bazar. Ajang ini memang terbuka untuk umum.

IMD kali ini bagi aku sangat istimewa, sebab si sulung yang saat ini duduk di kelas 5 didaulat menjadi MC berpasangan dengan sahabat karibnya Athala. Jadi, dengan terpaksa dia tidak bisa berdagang. Lucunya, bukannya kesal, katanya malah senang karena bisa jajan sepuasnya selepas bertugas di panggung.  Dasar bocah! 😂

Sementara, bagi aku ibunya yang pernah punya kejadian lucu bersamanya, momen ini bikin hati rada ketar-ketir.  Khawatir dia kembali speechless kehilangan kata-kata akibat grogi seperti halnya saat PAUD dulu. Kala itu, Hamdi pernah bertugas membacakan surat Al-kautsar pada momen penutupan pengajian menjelang Ramadhan. Saat dipanggil ke pentas dia malah terdiam lama, tak kunjung buka mulut.  Sang guru ngaji akhirnya mengambil solusi, emaknya disuruh ikut naik ke pentas. And you know what? Akhirnya dia bersuara tapi di balik punggung emak gak berani karena diliatin penonton. Wkwkwk... Gak kebayang malunya kalau kejadian terulang.

Jumat, kami sudah sepakat membuat keputusan akan kembali berjualan kertas mewarnai saja, memanfaatkan kemampuanku yang memang suka gambar.  Pertimbangannya, dua semester lalu si sulung belum beruntung membawa pulang piala sebagai pedagang terbaik.

Pengalaman menjadi juara 1 justru dialami Adin Hamdi pertamakali saat ikut marketday dengan produk jualan yang sama, yakni kertas gambar.  Momentum berikutnya kala berjualan Pop Corn dan Chocokrunch+susu peruntungan si abang belum semujur acara sebelumnya.

Nah, mumpung sang kakak gak berjualan ... niatan si adik mau menggantikan abangnya membuka lapak yang sama sebagaimana pernah menghantarkannya menjadi pemenang.  Meski akhirnya keinginannya berjualan kertas mewarnai dikabulkan, sebagai ibu aku tetap mendoktrin si kecil bahwa juara bukan segalanya. Ajang ini tujuannya untuk melatih mental wirausaha anak dan belajar jualan mandiri sesuai syariah.  Komoditas jualan bisa saja ditiru namun rejeki tidak bisa diduplikasi. It means, Si Adin Hamdi bisa saja juara di kesempatan yang lalu, namun adik belum tentu.

Oke. Setelah dipahami, maka akupun mulai mengumpulkan peralatan yang diperlukan untuk berjualan.  Apa saja sih yang  dibeli?

 *4pc buku gambar @3.500 (sebenarnya habis 5 buku gambar, yang satu tidak beli karena simpanan/stok rumah)
*1 pc spidol besar permanent marker @7.000
* 1 pc Spidol hitam kecil @3.000
* Stgh pack plastik bening untuk packing Rp8.000 isi 50 lembar


Dari 5 buku berhasil jadi 45 lembar gambar dengan sketsa yang berbeda satu sama lain yang dijual seharga 2.000/lembar  Catet ya kertas mewarnai di gambar manual ... Bukan di fotocopy. Ini yang membuat dagangan adek menjadi unik. Beda dari yang lain.

Ajang Memupuk Jiwa Wirausaha Siswa Sesuai Syariah

Pagi-pagi saat hari H setelah semua persiapan rampung, duo krucils sudah terlihat tak sabar. Adin sudah ganteng dengan Outfit Of The Day as MC, jas lengkap dengan dasi. Sementara adek sudah bolak-balik mengecek barang dagangan dan keperluan printilan lapaknya.


Sebelum acara dimulai dibacakan peraturan market day oleh sang qodhi pasar yakni ustadz Hafidz.  Ternyata acara ini mengadobsi pasar syariah di zaman Rasullah lho... Emang bedanya dengan pasar biasa apa?  Jelas beda, sebab dalam islam berniaga gak hanya soal untung rugi namun masalah syurga neraka. Maksudnya, kejujuran dan aturan syari dalam bertransaksi lebih dikedepankan ketimbang mengejar keuntungan.  Nah, keberadaan qodhi ini ibarat hakim yang bertugas mengawasi jual-beli dan memutuskan sanksi jika terjadi pelanggaran dalam bertransaksi.

Beberapa aturan yang disepakati dan harus diperhatikan oleh semua pihak ketika acara IMD di antaranya:

Penjual
1. Dilarang menjual makan yang tidak halal dan toyib (mengandung zat-zat berbahaya bagi tubuh. Contoh : MSG, borrak, Aspartam dll) contoh makan mengandung msg: saus kemasan.
2. Tidak menjual barang-barang yang memuat gambar yang tidak islami.
3. Tidak boleh menjual hewan berbahaya contoh : ular.
4. Sekolah hanya menyediakan 1 meja dan tidak menyediakan kursi (karena kursi untuk tamu dan pengunjung)

Pengunjung/Pembeli:
1. Menggunakan pakaian yang islami/menutup aurot (jilbab bagi wanita dan celana panjang (di bawah dengkul bagi laki-laki)
2. Makan tidak boleh sambil berdiri (duduk di kursi yang disediakan panitia)

Sedangkan qodhi pasar membacakan aturan teknis jual-beli di antaranya:
1. Jual beli atau transaksi harus dilandasi dengan keridhoan kedua belah pihak dan mengedepankan kejujuran
2. Tidak boleh melakukan transaksi sebelum pasar dibuka
3. Orangtua hanya membantu mendampingi melayani pembeli, bukan murni yang melakukan transaksi jual-beli.

Kurang lebih jam 08.00 pagi acara dibuka oleh perwakilan Kabidikdas Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Prov. Lampung dengan terlebih dahulu menampilkan berbagai pertunjukan seni dari para siswa per kelas.

Akhirnya ketika momen yang ditunggu tiba, suasana hiruk pikuk bak pasar dadakan otomatis menyeruak.  Jualan sang adik ada di lapak 05 wilayah ATK.

Meski ramai, para pengunjung tak khawatir dengan udara panas, sebab pihak panitia menempatkan ajang ini di lapangan depan sekolah dengan menggunakan tenda besar ala pesta pernikahan.


Lapak-lapak dibuka dengan barisan kursi berjejer mengelilingi pasar. Sengaja diatur sedemikian rupa agar pembeli yang mencicipi jajanan tidak menikmati hidangan sambil berjalan atau berdiri.  Lagi-lagi untuk tujuan syari, sebab Rasulullah mengajarkan adab makan dan minum dengan duduk.

Aku pribadi saat luang disela membantu si kecil berjualan sempat berkeliling, membeli dan mencicipi aneka makanan yang dijajakan.  Di antaranya bakso, puding, dan es teh.  Tak ketinggalan membawa pulang pempek, kue-kue dan dua bungkus mie ayam herbal untuk santap siang di rumah. Rasanya Mmm... Yummy semua lho!

Apa saja sih produk yang jual di pasar ini? Banyak! Di antaranya makanan, minuman, pakaian, hewan peliharaan, hingga peralatan sekolah (ATK).






Beberapa produk yang dijajakan di IMD Insantama. Dokpri

Menjelang dzuhur acara ditutup dan transaksi dihentikan.  Dengan semangat adek membereskan barang dagangan. Ia memang tak seberuntung abangnya yang dulu hanya membawa pulang 5 lembar gambar sisa.  Kali ini Feera harus puas dengan 12 kertas yang tak laku terjual di pasar sekolah.

Namun, kembali lagi di sini saya menyisipkan ilmu  wirausaha sekaligus konsep rezeki.  Di sekolah dagangan boleh kurang laris. Namun siapa sangka sampe rumah semua sisa dagangan diborong teman emak untuk anaknya yang masih sekolah TK dan hobby mewarnai.  Adekpun girang dapet uang jajan tambahan.

Pasca IMD

Malamnya aku mencoba mengobrol dengan anak-anak seputar pengalaman hari itu.

Evaluasi tugas Hamdi as MC sempat sedikit aku koreksi.  Yah ... Sebatas ilmuku dulu ketika kerap mengudara.  Ketakutan di awal yang tetiba tak bersuara akibat grogi akut Alhamdulillah tak terulang. Sempat si sulung kuledek. Tapi dengan cueknya dia menjawab "itukan dulu, Nda! Sekarang Adin sudah besar, sudah berani dan gak malu lagi ..." Oke deh boss! I really proud of you son!  Setidaknya sudah banyak kemajuan terutama tentang memupuk rasa percaya dirinya.  Jazakumullah untuk ustadz dan ustadzah yang tak lelah membimbing dan melatih ananda.

Sementara untuk adik, kami sempat tertawa ketika menghitung keuntungannya ketika bazar berlangsung yakni hanya 33ribu rupiah. Well, besar kecilnya rezeki harus tetap disyukuri 'kan? Agar nikmat itu ditambah sesuai janji Allah. Dan nyatanya doa adek dibayar kontan, selang berapa jam dagangannya ludes. Meski itu sudah gak masuk dalam penilaian juri.


Pastinya anak-anak senang dapet pengalaman serunya berdagang dan mengekspresikan diri melalui even ini.  Mereka juga bisa memetik hikmah tentang kemandirian dan bagaimana mengais rezeki melalui berniaga sebagaimana Rasulullah ajarkan.


Leganya ... Karena penat emak dan anak-anak sudah tertuntaskan.


Sekarang kelihatannya sang adik tak sabar menunggu pengumuman juara. Semoga beruntung ya, Dek!












10 comments:

  1. Wah ternyata indahnya bisa mendampingi perkembangan buah hati. Semoga kak Hamdi sukses dikemudian hari. Menjadi pribadi yang Sholeh.

    ReplyDelete
  2. Masya Allah..terharu mbak lihat kesungguhan abang dan adek ya.Semangat mbak.

    ReplyDelete
  3. Wah sangat cocok ini berniaga dengan sesuai syariah islam. Karena kejujuran dalam berdagang sangat diperlukan dan sudah jelas dalam aturan syari yg mengatur cara bertransaksi. Insyaallah keuntungan akan mengejar kita

    ReplyDelete
  4. Masyaaallah konsep acara yang luar biasa nih. Market Day yang dilakukan tidak sekedar ajang jual beli, tapi memahami konsep syari dalam beryransaksi. Suka banget, apalagi sekaligus melatih jiwa wirausaha. Good luck untuk kakak dan adek.

    ReplyDelete
  5. Wow seru banget ya market day di sekolah anaknya, mbak😍 Di sekolahan aku juga sering mengadakan ini untuk melatih rasa percaya diri dan jiwa kewirausahaan sejak dini. Sukses terus ya

    ReplyDelete
  6. Kayaknya salah satu program andalan SDIT ya? Hampir disetiap sekolah model ini ada marketday, cuma teknisnya aja yg beda2.

    ReplyDelete

Powered by Blogger.