Bagaimana Mengarahkan Minat Menggambar Anak


Masa kanak-kanak adalah usia yang paling tepat untuk menggali potensi, minat  ataupun bakat.  Jika orang tua tidak pandai-pandai mengarahkan, bisa jadi justru potensi itu tidak tergali maksimal bahkan terus terkubur.  Memangnya, seberapa penting minat, atau bakat dalam diri seseorang untuk kelangsungan hidupnya? Bakat dan minat akan sangat membantu  seseorang untuk memilih profesi, pekerjaan, atau aktivitas untuk kelangsungan hidupnya.  


Bakat adalah karunia yang diberikah Allah kepada manusia sejak ia lahir. Sedangkan minat, kecenderungan hati untuk menyukai suatu hal.  Sayangnya minat dan bakat kadangkala tak sejalan, ada orang yang menyukai dunia gambar misalnya, sayangnya ia tak dikaruniai bakat untuk itu.  Banyak bapak-bapak suka sepak bola, tapi lucunya gak bisa bermain bola.


Pada kenyataannya, banyak orang kadung dewasa, tidak mengetahui minat dan bakatnya secara pasti.  Hal ini salah satunya disebabkan karena kurangnya observasi orang tua dalam mengarahkan minat ataupun menggali bakat ananda ketika kecil.  Selain itu, mungkin si anak tidak pernah mengikuti tes bakat dan minat untuk mengetahui potensi dirinya  termasuk kelebihan dan kekurangannya sebagai individu.  Jadi ya bingung, bakatnya apa? Akhirnya tidak tergali sampai dewasa.


Well, saya di sini tidak membahas dari segi bagaimana tes minat dan bakat seseorang, karena itu bukan ranah saya. Melainkan saya ingin sharing pengalaman sehari-hari, bagaimana sie menggali atau mengarahkan minat anak, khususnya jika ia berbakat dalam urusan corat-coret warna.


1.  Jangan pelit membelikan peralatan gambar dan kenali alat/media favoritnya


Menghadiahi anak peralatan gambar biasanya menjadi kebiasaan para orang tua saat anaknya mulai belajar memegang pensil.  Namun, adakalanya setelah anak terlihat menyukai dunia gambar, orang tua malah enggan mencari tahu jenis peralatan apa yang nyaman digunakannya sebagai sarana menggambar.  Misal, ada anak yang lebih suka crayon, atau pensil warna tetapi ia kurang menyukai media cat air. 


Saat meminta upgrade peralatan, orang tua justru enggan membelikan peralatan baru, dengan dengan berbagai alasan. Kalau hanya belum punya uang, oke lah ... Biasanya ortu yang bijak akan memberi pengertian atau diam-diam menabung sedikit demi sedikit untuk peralatan gambar impian anak. Tapi yang ekstrim, ada beberapa orang tua berpikiran sempit, justru mematikan minatnya dengan mengatakan, hobi gambar tak perlu terlalu diseriusi, karena tidak memiliki masa depan. heu heu.  Padahal siapa coba yang dulunya mengenalkan mereka dengan pensil atau crayon warna-warni yang menggoda itu?


2.  Ikut aktivitas menggambar bersama


Sudah membelikan peralatan, bukan berarti urusan selesai.  Sekalipun orang tua tidak punya bakat dan minat di urusan menggambar, sebagai langkah awal mewarnai bersama akan membuat anak merasa didukung minatnya.  Selain itu menggambar atau mewarnai bareng, juga membantu meningkatkan bounding antaraorang tua dan anak, karena kegiatan ini jelas mengasyikkan, bikin lupa waktu.  Tidak perduli bagaimana hasil akhir gambarnya, yang penting bangun dulu suasana dan  mindset anak kalau dunia corat-coret warna itu seru!


3.  Ikut membantu mencari reverensi style gambar kesukaannya


Sekalipun gak paham dunia menggambar, orang tua kudu cerdas, bila perlu ikut belajar seputar dunia gambar.  Mesin pencarian di google belakangan sangat friendly dalam mencari reverensi ataupun tutorial gambar yang sangat membantu menggali bakat anak menggoreskan crayon atau pensil warna.  Gak hanya bagaimana memadukan warna, tips menggambar objek tertentu, teknik arsir, bahkan tips-tips sederhana sebagai pemula juga banyak.  Nah, di sini peran orang tua sangat penting dalam mengarahkan pencarian.


4.  Latihan dan Mempraktekkan trik menggambar cepat


Walaupun orang tua yang tak mengetahui dasar dunia gambar.   Belajar sedikit-sedikit tak ada salahnya. Temani anak-anak saat menggunakan pensil warnanya, dan mempraktekkan trik jitu yang didapat dari hasil pencarian. Jika ditemui kesalahan cara arsir, pemilihan warna, tak adalahnya memberitahu tapi dengan sesantai mungkin jangan sampai terkesan mendikte, karena menggambar itu haruslah menyenangkan dan yang jelas tidak ada benar salah dalam seni.  Jadi kita sebagai orang tua hanya sebatas memberi masukan, di terima syukur, gak ya gak apa-apa.  Biarkan mereka bebas bereksplorasi.  Tapi percaya deh, kadangkala, sekalipun kritik gak langsung diterima saat itu juga, di karya lain mungkin anak-anak melakukan saran/pendapat kita.


5.  Mendorong mengikuti kompetisi


Ini jika anak sudah mulai terlihat minat dan bakatnya di dunia gambarKompetisi akan sangat membantu anak meningkatkan rasa percaya diri akan kemampuannya.  Namun, disisi lain sebagai orang tua kita juga harus siap menghibur apabila ananda belum bisa keluar sebagai juara.  Intinya piala atau hadiah bukan sebagai bidikan utama, melainkan hanya untuk membuat anak-anak mengukur kemampuannya.  


Kita sebagai orang tua menjelaskan, jika kalah berarti perlu banyak belajar lagi teknik-teknik menggambar untuk menghasilkan karya terbaik.  Kalaupun memang bukan berarti boleh jumawa, melainkan tetap harus belajar karena style, aliran gambar itu banyak sekali dan tetap perlu ketekunan untuk menggalinya.


6. Membebaskan anak menemukan style gambar tertentu, arahkan jika tak sesuai norma


Adakaanya orang tua terlalu strict pada anak, gambar ini gak boleh itu dilarang.  Akhirnya anak jadi ragu memperlihatkan karyanya.  Pengalaman saya, jika anak tetiba menggambar sesuatu yang kurang sopan misalnya, atau yang menjurus kepada pornografi, lebih baik ditanyakan dengan hati-hati.  Kemudian baru diberi arahan sesuai tuntunan agama.  


Saya kebetulan yang meyakini dalil gambar tidak haram, asalkan peruntukannya bagi sesuatu yang bermanfaat.  Jadi saya selalu menekankan kepada anak-anak, seni memang tak terbatas secara teknis, tapi aturan Allah tertinggi tetap tak bisa dilanggar. Misal, saya menyuruh anak berpikir ulang nilai manfaat jika mereka menggambar anime dengan aurat yang terbuka.  


Walaupun alasan mereka rujukan style anime yang tengah happening memang kebanyakan seperti itu.  Saya menekankan, boleh saja meniru dan mengambil stylenya, tapi sebagai muslim bagaimana kalau kita buat tokohnya mengenakan hijab jika perempuan?  Dan tidak menggambar object yang ambigu, mengarah pada LGBT atau perilaku menyimpang yang kadangkala terselip terutama pada anime-anime asal Jepang.



Karya Feera



No comments:

Powered by Blogger.