Celoteh Santai Seputar Komik "Petualangan Trio Spices di Jalur Rempah Nusantara"




Fokus bikin komik yang ditulis dan diilustrasikan sendiri adalah sebuah impian sederhana yang sempat terlintas di kepala, sejak comeback ke dunia gambar tahun 2017.


Dulu sih nganggep prosesnya bakalan rumit banget, apalagi buat ukuran saya yang belum lama kenal dunia gambar digital.  But who knows, ternyata ...nggak ada yang gak mungkin. Sekalipun didukung gadget yang kurang memadai, namun bukan berarti mustahil, sebab ternyata kemauan yang lebih 'berbicara'.


Lomba Cerita Gambar Jalur Rempah


Sebelum ramadan lalu, tepatnya di bulan April kalau tak salah kancah literasi Indonesia diramaikan oleh sayembara menulis cerita bergambar "Jalur Rempah Nusantara" yang diselenggarakan oleh Kemendikbud RI.  Ajang ini termasuk acara bergengsi para  penulis dan ilustrator tanah air setelah GLN yang juga digelar setiap tahun oleh instansi yang sama.





Sebagai orang yang memiliki hobi menulis--masih malu-malu ngaku penulis-- ini sebuah challenge yang menantang sekaligus ajang pembuktian diri cukup bernyali gak mengikuti kompetisi yang sudah jelas diikuti oleh nama-nama penulis dan ilustrator beken.  Kalau ingat di sisi itu aja, kepercayaan diri sudah anjlok ke titik 0.  Tapi dasar saya yang keras kepala, kekeuh ingin mencoba sekalipun modal dengkul dan skill pas-pasan.


Sudah bukan rahasia kalau penulis-penulis hebat belum tentu berkemampuan menggambar dan mengilustrasikan cerita yang dibuat.  Sementara saya, sekalipun pemula mempelajari keduanya.  Jika untuk menguatkan cerita, para kompetitor saya memilih membayar jasa ilustrator dengan merogoh kocek pribadi. Entah itu dengan perjanjian bagi hasil atau beli putus gambar yang diinginkan, saya nekat gambar sendiri. Lagi-lagi dengan alasan, cekak. Bayangkan minimum 16 lembar colorful bakalan dihargai berapa? Sementara menang kalah bukan hal yang pasti.  Untuk ukuran pemula model saya, spekulasinya terlalu berani andaikan memilih membayar ilustrator beneran. Sementara dengan ide cerita aja, juga belum Pede 100 persen bakalan diterima juri sebagai kategori yang patut dipertimbangkan atau tidak?


Mengabaikan bisikan-bisikan yang bikin hati enggan dan down, saya mulai menyusun outline alias kerangka pikiran.  Mulai membayangkan lembar perlembar cerita yang harus saya tuangkan dalam bentuk gambar hanya dengan bantuan telunjuk dan stylus (dikerjaan by phone). Juga sasaran pembaca.  Mau memilih anak-anak atau remaja? Sebab kategori lomba ditujukan kepada dua pembaca tadi.


Karena pengalaman baru sebatas gambar cernak, saya pun memilih cerita bergambar saja untuk anak-anak pembaca usia SD.  16 lembar mulai dicicil satu persatu menggunakan aplikasi ibispaintx menghabiskan waktu sekitar 3 minggu (total outline dan merampungkan gambar).  Kenapa bisa lama? Sebab lama di proses menggambarnya.  Terkendala gadget, sementara kemampuan kecepatan  menggambar juga masih di bawah rata-rata. Hahay.


Size 17*25 dengan dpi 300 by ibispaintx, alhamdulillah gak mengecewakan.  Modal zoom dan memainkan telunjuk atau ujung stylus, tepat seminggu sebelum deadline, setelah melengkapi berbagai persyaratan standar dari panitia.  Karya saya berhasil dikirim dengan sukses.


Proses menunggu hasilnya yang bikin hati deg-degan.


Singkat cerita saat pengumuman pemenang,  harus legowo cerita saya gak masuk dalam kategori juara.  Sadar diri aja, it means kudu belajar lebih keras untuk ajang yang sama di tahun-tahun berikutnya.


Walau gak menemukan nama diri sebagai kategori penulis cerita terbaik, at least banyak pengalaman berharga yang saya dapat dari kompetisi ini.  Tentang semangat mencapai tujuan, kesabaran, dan konsisten.  Bukankah pemenang sebenarnya adalah mereka yang mampu mengalahkan diri sendiri dan menyelesaikan perlombaan sampai garis finish? So, i did it.  *Menghibur diri 😂


Niat dibukukan sebagai kenang-kenangan


Cerita trio rempah memang gak masuk kategori the winner tahun ini.  Tapi jika dipikir-pikir berakhir dengan disimpan dalam folder komputer tanpa ada yang membaca juga sayang. Bagi saya, hakikat sebuah karya tulis ya menemukan jodoh pembacanya, terlebih jika karya itu bernilai manfaat dan mampu menginspirasi banyak orang.  Di sanalah letak kebahagiannya.


Akhirnya memutuskan membawa cerita ini ke penerbit lokal.  Seperti buku-buku sebelumnya Aura Publishing menjadi pilihan.  Sekalipun terbit indie, setidaknya saya menginginkan ada bentuk fisik yang kelak akan ditinggalkan sebagai bagian dari sejarah perjalanan hidup seorang emak-emak yang suka menulis dan menggambar ini.


Buku ini tidak dicetak sebanyak buku-buku saya sebelumnya.  Sebab kategori komik full color, sekalipun jumlah halaman sedikit relatif mahal ongkos produksinya.  Beside, kembali lagi tujuan utama penerbitannya juga bukan mencari keuntungan, jadi akan dicetak sesuai pesanan saja.


Sinopsis


Menceritakan trio rempah Lad (lada), Cengki (cengkeh), dan Ipal (Pala) yang bertemu di sebuah kapal Portugis yang akan kembali ke daratan Eropa.  

Cengki dan Ipal berasal dari kepulauan Halmahera. Sedang yang terakhir gabung Lad berasal dari perkebunan lada di wilayah Banten.

Bagaimana keseruan cerita ketiganya melintasi perairan Nusantara menuju Eropa?  


Lewat keceriaan warna dan goresan di buku ini, kita juga bisa belajar sejarah tentang kegunaan rempah-rempah yang begitu berharga keberadaannya di dunia Barat sekitar abad 11-17M.

Contoh isi cerita 



Jika kalian berminat membacanya bisa pesan langsung ke Https://bit.ly/chat-mega1


No comments:

Powered by Blogger.