Tak Romantis

April 18, 2020
Kaget beneran pernah nulis ini.  Rada gimana gitu ya ... Mau dibuang sayang.

Save di sini aja. Banyak typo blm diedit, ini cerpen diposting di KBM tahun 2018


Tak Romantis😘😘



Ilustrasi koleksi pribadi


#Cerpen27

#tulisanMegaMarlina

Setangguh apapun wanita, qodarullah diciptakan berhati lembut, mudah tersentuh, dan selalu haus bujuk rayu suaminya.


Alma berbalik memunggungi suaminya, Frans, berusaha sekuat tenaga sedari tadi memendam hasrat biologisnya.  Seperti biasa memilih menunggu laki-laki itu memulai lebih dulu.  Ia menginginkan rayuan kecil atau sentuhan lembut yang dirasakan sebagai pernyataan suami membutuhkan keberadaannya.


Namun yang didapatnya justru hati yang didera siksa. Semakin berharap, semakin menemukan kekecewaan. Sedari tadi menurunkan harga diri berbaring di sebelahnya,  tapi pria itu tak bergeming terus menatap layar ponselnya.  Seolah keberadaan Alma tak pernah ada.


Dadanya mulai bergemuruh, ada apa dengan pria ini? hampir tiga bulan menikah, namun tak sekalipun rayuan, pujian atau bisikan mesra terlontar dari bibirnya?


Alma mulai kesal, tiba-tiba merasa dirinya tak ubahnya seperti makanan yang dipajang di etalase warteg, saat ditunjuk pembeli maka harus diberikan untuk dinikmati.


"Mas...!" panggil Alma


"Mmm..." yang disapa masih asik dengan aplikasi game di handphonenya, mata dan jarinya masih lincah memencet tombol-tombol di layar.


Ia merebut benda kecil yang sejak tadi membuatnya cemburu. 


"Hey...!" Frans berteriak protes


"Aku sebal tiap kali pulang kamu selalu memegang benda ini, tidakkah lebih baik mas berbincang, bermesraan dan membelai diriku?" ujarnya sengit


Frans terbahak," kita sudah beberapa bulan menikah dik, haruskah romantisme picisan terus mewarnai kamar ini?" jawabnya


Alma mendelik, "Romantisme picisan?! Baru tiga bulan menikah saja kamu sudah  bicara seperti ini, bagaimana kalau kita sudah jadi kakek nenek.... aku sudah gak ada artinya mungkin di matamu?!"


Frans terdiam.


"Oke oke ...anggap aku asal bicara tadi, seharusnya beberapa bulan ini kau mulai faham karakterku, aku ini kaku, sulit berbasa basi, aneh bagiku berkata-kata gombal penuh rayuan," Frans mulai membela diri, merasa bersalah.


"Tapi memuji, merayu istri dengan tujuan membahagiakannya itu perpahala mas, apa susahnya sih berkata manis penuh rayuan?"


Frans termangu.


"Memangnya penting ya sosok suami seperti itu bagimu? sehingga masalah ini selalu kau bahas seolah harga mati, aku yang seharusnya berubah?"


"Sangat penting, agar sebagai istri aku tau rasanya dicintai dan dibutuhkan!" Balas Alma cepat


Helaan napas Frans terdengar berat.  "Menurutku malah sebaliknya, cinta yang sebenarnya tak perlu selalu diucapkan, namun dibuktikan dengan sikap nyata, Ma"


Tatapan Alma berubah tajam dan dingin


"Sikap nyata yang bagaimana? seperti to the point mengajak bercinta, atau membiarkan istri menangis semalaman ketika ia punya masalah bukannya memilih membujuk apalagi bertanya dan berusaha menjadi telinganya....?" sengitnya.


Frans menggaruk kepala yang sebenarnya tidak gatal.


Serba salah.


***


Derai tawa wanita itu memecah kesunyian di suatu siang.


"Memangnya ada yang lucu kak dari ceritaku...?!" Desis Alma kesal pada Irna kakak tertuanya yang telah beranak tiga.


" Tidak,  bukan begitu, maaf..." katanya sambil berusaha bernafas dengan teratur meredakan tawanya yang sempat menggema.


"Ma, kakak rasa kamu terlalu banyak membaca novel percintaan, atau sinetron di TV.  Rumah tangga tak selamanya seindah dongeng say, masalah kecil saja kalau dibiarkan bisa merebak kemana-mana. Ya contohnya yang seperti ceritamu ini.  Kau bilang Frans tak romantis. Lalu apakah menurutmu ia harus berubah seperti maumu?!"


"Ya harus, wanita mana yang gak ingin suaminya begitu...?"


"OKE, Idealnya kebanyakan wanita memang menginginkan suami seperti itu, karena sudah kodratnya perempuan senang dipuji dan diberi kata-kata manis meski gombal sekalipun, tapi Ma realitasnya gak mutlak begitu...."


"Banyak faktor yang membuat lelaki sulit mengungkapkan perasaan cintanya.  Salah satunya coba ditelaah lagi bagaimana dulu ia dibesarkan, dari keluarga yang hangat atau kurang perhatian? Ini penting, agar kita jangan sekedar berdebat ingin perubahan, namun tak paham apa yang seharusnya bisa dilakukan untuk perbaikan"


"Seingat kakak kamu pernah cerita kalau Frans sejak kecil sudah ditinggal almarhum ayahnya, ia tinggal dan dibesarkan oleh neneknya yang galak, sementara ibunya banting tulang sehari-hari bekerja menjual sayuran dipasar. Mungkin itu sebabnya, kenapa pribadi Frans cenderung kaku.  Jika kau ingin dia berubah, pelan-pelan tuntun dia dengan sikapmu yang hangat terlebih dahulu, sambil minta sama Allah tentunya...doakan agar Dia yang maha membolak balikkan hati berkenan melembutkan perasaan Frans."


"Yang kedua, istri juga harus menurunkan ego, jangan berharap ketinggian.  Apalagi kakak laham sebagai anak bungsu kamu biasa dimanja ayah ibu. Biasa di perhatikan kami terutama semua kakak-kakakmu, di gendong ayah ke dokter ketika sakit, dipenuhi semua kebutuhanmu tanpa terus-terusan merengek.... Sementara suamimu mungkin tidak pernah merasakan hal itu dari kedua orangtuanya.  Di sinilah letak kamu harus memahaminya sebagai istri. Frans bukan robot yang bisa serta merta kamu program sesuai impianmu. Setidaknya penuhi dia dengan cintamu dulu, agar refleksi cinta itu memantul seperti cermin kembali padamu"


"Ya malu lah kak, masak wanita duluan yang nyosor terus," sahut Alma cepat


Irna kembali tertawa, "ibu ya? yang mengajarkanmu agar istri menjaga harga diri, meski di depan suaminya sekalipun?"


Alma mengangguk.


"Kakak faham, kamu didoktrin begitu. Sama, kakak juga dulu begitu kok. Namun seiring waktu itu sudah tak berlaku buatku, Ma.  Coba kamu baca kisah-kisah hikmah rumahtangga Rasullah dan para sahabatnya, banyak pelajaran yang bisa kita petik dari di sana.  Intinya, dalam menjaga keharmonisan rumah tangga, tidak ada larangan istri meminta hak diperhatikan bahkan digauli oleh suaminya. Justru dalam islam upaya seperti itu bernilai ibadah, banyak pahalanya.  Jadi buang gengsimu....toh sejak pertama digauli, rasa malu apalagi yang kita miliki sebagai istri di depan suaminya sendiri...?! Kita ini mutlak milik mereka secara ragawi."


***


Setumpuk buku seputar kisah rumah tangga rasulullah dan para sahabatnya diletakkan Alma di pinggir tempat tidur.  Beberapa buah, sengaja di belinya dari toko buku siang tadi.


Sepulang kerja Frans keheranan melihatnya.


"Apa ini, Ma? Sejak kapan kamu suka membaca?"


"Sejak punya tekat kuat merubah karaktermu," ucapnya kalem.


Frans mencoba mengambil dan membolak balik satu persatu buku, sekedar melihat judulnya dan sekilas membaca ringkasan tulisan di belakangnya...


"Aku sibuk, tak kan sempat membaca semuanya, Ma" keluhnya


"Kalau main games kok anehnya sempet ya?" Sindir Alma


Frans cuma bisa nyengir merasa tersindir.


"Tak apa biar aku saja nanti yang menyelesaikannya, setelahnya akan kutransfer apa yang kudapat padamu," ujarnya malas berdebat.


***


Beberapa hari kemudian,


Waktu masih menunjukkan pukul 04.00 dini hari.


Alma menggeliat, memicingkan mata dan memberanikan diri mendekap suaminya sambil berbisik...


"Frans bangun....Allah merindukan kita, bisakah kita sholat malam bersama malam ini?"


Yang dibangunkan hanya melenguh, lalu kembali melanjutkan tidurnya.


Ada rona kecewa di mata Alma, 'Aah ini baru permulaan! Tetap semangat, aku harus merubahnya menjadi suami yang hangat dan berhati lembut, untuk diriku sendiri dan anak-anakku kelak' Tekadnya.


Alma beranjak dan menghadap Allah sendirian. Di ujung sholat tangannya menengadah. Memohon kekuatan dan pertolongan.


Azan subuh berkumandang. Alma kembali mendekati suaminya, mengusap pipinya perlahan dan menciumnya dengan hangat. "Suamiku sayang, adzan subuh, hayuk kita sholat..."


Frans membuka mata, dan disambut Alma dengan senyuman.  Suaminya masih terlihat datar, beranjak ke kamar mandi masih dalam suasana mengantuk, untuk bersuci.


Kemudian sholat subuh berjamaah.


Usai berdoa, Alma menjatuhkan kepalanya di sebelah paha suaminya yang tengah berdzikir.  Frans hanya tersenyum.. .sempat mengusap kepalanya yang masih terbungkus kain mukena.


Sentuhan itu seperti guyuran es di hati Alma. sejuk.


'Ah.. Kakakku yang bijak itu benar, jangan hanya sibuk berdebat... Tapi lakukan perubahan nyata secara perlahan....'


'Tidak ada yang salah jika istri minta perhatian'


 'Tidak ada yang salah jika istri lebih dulu minta haknya'


Kalimat itu seperti terngiang-ngiang di telinganya.


Frans selesai berdoa... Alma kembali menggoda melalui sentuhan kedua tangannya yang melingkari leher dan punggung Frans. 


Naluri lelaki Frans akhirnya terpancing, ia menggeram pelan sambil melepaskan kopiahnya dan melempar ke sembarang tempat kemudian menangkup lembut bibir istrinya.


Hasrat yang sempat tertahan beberapa hari terbayar sudah....


❤❤❤end❤❤❤

No comments:

Powered by Blogger.