Benarkah Gambar Itu Haram?

January 04, 2020

Kalau menengok lagi jauh ke belakang di sepanjang perjalanan kehidupan diri, dunia gambar memang lebih dulu merebut hati ketimbang menulis.  Sejak diperkenalkan dengan alat tulis, corat coret warna seolah mengalihkan duniaku.

Beranjak dewasa ... setelah tidur panjang menghasilkan belasan lukisan di tahun 2003-2005, 2017 saya mulai kembali eksis di bidang seni, mencoba berteman lagi dengan kuas, kanvas, buku sketsa, pena, pensil dan segala atributnya. Bahkan, di penghujung tahun lalu memutuskan masuk kelas gambar digital untuk pemula.  Jujur, saya seperti menemukan kembali bagian diri yang sempat hilang.

Belakangan, terlintas ingin mencoba kembali menekuni dunia gambar, berkarya menghasilkan sesuatu yang bermanfaat, semisal komik, buku berilustrasi karya sendiri, atau minimal memajang meme-meme lucu yang menyentil.   Akan tetapi, lagi-lagi saya terhenyak oleh peringatan sebuah Hadist Sohih yang diriwayatkan oleh Bukhori & Muslim.  Kurang lebih isinya menyebutkan bahwa; gambar dan orang yang membuatnya disiksa di neraka.  So pertanyaannya, menggambar itu haram dong dalam islam?

Karena sepanjang pengetahuan saya yang terbatas ... perbincangan ini masih abu-abu dan kerap diperdebatkan.  Beberapa ulama berpendapat tidak boleh SAMA SEKALI, ada yang mengambil jalan tengah hanya untuk makhluk bernyawa yang dilarang.  Sementara yang lain bilang asal tidak 3 dimensi, dll.  Akhirnya kemarin-kemarin saya sempat memilih solusi sendiri tidak menggambarkan wajah utuh, khusus untuk sketsa/gambar manusia.  Misalnya mata atau hidungnya tak ada.  Eh tapi kemudian timbul pertanyaan, bagaimana dengan komik? bentuk hewan dan tumbuhan? Bukankah semua itu termasuk gambar yang menyerupai makhluk hidup?

Beneran ... sejenak merasa kreativitas terbelenggu dalam sudut pandang islam.

Alhamdulillah dipertemukan dengan buku ini.  Sedikit banyak menjawab kegelisahan yang selama ini bercokol dalam benak saya.  Uniknya, ia dikemas dalam bentuk komik bukan penuturan panjang lebar yang kerap membuat pusing kepala.

BangDzia sang penulis sekaligus ilustrator menuturkan secara runut mulai dari penjabaran tashwir/gambar dalam sudut pandang etimologi, pembagian jenis tashwir dan shurah, mengulik sebab awal mulanya larangan tashwir, hingga sejarah panjang dan perkembangan seni di dunia islam sejak zaman Nabi Ibrahim, masa kerasulan, Khulafar Rosyidin, tabi'i tabiin, kekhalifahan bahkan sampai perkembangan islam di nusantara itu sendiri.

Selain itu pendapat para ulama terdahulu maupun kontemporer, baik internasional, maupun lokal juga dibeberkan di sini.

Semuanya cukup lengkap untuk menjadi bahan renungan diri tanpa harus membuat pembenaran baru, atau bahkan bertaklid buta.



Berdasarkan uraian historis yang dituturkan, islam ternyata tak sekaku itu memandang tashwir. Butuh penelitian panjang, sebab perdebatan masalah ini bukan terjadi baru-baru ini saja namun telah berlangsung sejak zaman kerasulan. 

Yang menjadi bahan pertimbangan penting adalah bukti-bukti temuan beberapa benda bersejarah dan manuskrip yang diperkirakan berasal dari zaman khalifah Usmaniyyah dan Abbasiyah.  Beberapa di antaranya berupa buku yang ditulis AL-Jazari tentang cikal bakal ilmu mekanik dan robotik, semua penjelasan lengkap di sertai ilustrasi gambar.  Kitab Al Hayawan (Book of Animals) karya Al-Jahiz juga sangat mendetil menggambarkan anatomi hewan di dunia.  Kitab pengobatan "Imperial Sugery" karya Sarafedin, dan buku pengobatan "Maqqamat" tulisan Al- Hariri yang memiliki andil besar di dunia kesehatan dalam hal metode pembedahan.  Yang paling menarik perhatian saya adalah sebuah shiroh yang menyebutkan Rasulullah pernah membiarkan lukisan Maryam (bunda maria) yang menggendong nabi Isa di dalam ka'bah pada peristiwa Fathu Mekkah.  (Halaman 54, 66, 69)



Masuk ke perkembangan seni islam di Indonesia, tak lepas dari peran walisongo dalam akulturasi budaya dengan seni berdakwah, salah satunya dengan pentas pewayangan. (Halaman 77)

Kesimpulannya dari sejarah panjang yang dibeberkan itu, dikembalikan lagi pada diri sendiri mau menggunakan hujjah yang mana? Bukankah memang ujung-ujungnya nafsi-nafsi? yakni setiap muslim bertanggungjawab atas keputusannya sendiri-sendiri.  Mmm ... Kalau melihat sang komikus sih, tentu sejak awal ia berpihak gambar itu boleh sebatas penggunaannya untuk keperluan apa?  Terlebih jika perannya dalam syiar atau dakwah islam.

Walaupun kesimpulannya saya bocorkan di sini bukan berarti buku ini gak lagi menarik untuk dibaca.  Bagi saya pribadi mengikuti setiap penjabaran penulis berikut ilustrasi kerennya sangat amazing.  Bahkan beberapa informasinya belum pernah saya ketahui sebelumnya.  Sangat-sangat memperkaya khasanah ilmu seputar seni di dunia islam.

Eh, ngomong-ngomong setelah baca bagaimana dengan pandapat saya pribadi soal gambar? Mau terus apa stop? Sudahkah yakin dengan keputusan yang mana?

Eh kok malah nanya diri sendiri ... 😂😂😂


JUDUL : Gambar itu Haram? Serba serbi hukum tashwir dalam islam
Penulis : Bangdzia
Penerbit : Salsabila
Juml hlm : 157 hlm
Harga : 45k
Genre : komik Remaja 13+

23 comments:

  1. Sepanjang gambar yang kita buat untuk kebaikan, berarti boleh kan mbak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau mau ambil yang ini boleh mb, soalnya beberapa ulama juga ada yang berpendapat seperti ini. Kalau mau hati2 dan milih gak sama sekali menggambar juga gak salah. Kita bertanggungjawab atas pilihan msg2.

      Delete
  2. Jadi, kalau gambarnya dengan tujuan kebaikan, berarti dibolehkan mbak?

    ReplyDelete
  3. Haha kasusnya sama kayak saya. Yang lucu lagi dulu jaman SD, abis gambar orang lehernya dicoret, biar gak disuruh kasih nyawa🤣

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya sempat mandeg mb, tapi sekarang mulai lagi tapi dengan selalu melihat kegunaannya untuk apa

      Delete
  4. Makasih pencerahannya mbak. Terus terang ini bikin saya galau juga, karena saya bekerja sebagai desainer grafis. Jadi lebih berhati-hati.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mb, terus terangbsaja juga sempet galau, apalagi punya lukisan manusia ... Ke depan kayaknya hanya berkarya yangbjelas tujuan n manfaatnya. Mgkn akan ambil jalan yg ini

      Delete
  5. Pada akhirnya semua dikembalikan pada kepahaman masing-masing ya Mba?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya. Semua bertanggungjawab dg keputusan sendiri mau berhenti atau tetap gambar tp dg mempertimbangkan nilai manfaatnya.

      Delete
  6. Keren ya buku panduannya, tapi akhirnya semua dikembalikan pada pemahaan masing-masing orang. Makasih ulasannya Mba

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya sebab para ulama yg faham ilmu saja beda2 penafsirannya mb.

      Delete
  7. Aku percaya kalo apapun karya kita pasti diminta pertanggungjawabannya kelak, Mbak. Jadi, ya sebaiknya kita bertanggungjawab dengan karya baik secara dunia maupun akhirat. Menarik ulasannya. Luv^.^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mb gak hanya urusan gambar ya, semuanya 😘😘

      Delete
  8. Menurut saya sih gambar itu perlu, terutama untuk menggambarkan sesuatu yang menjelaskan ilmu pengetahuan, misalnya gambar hidung dan bagian-bagiannya agar anak-anak bisa mengetahui anatomi hidung dsb.

    Kalau menyangkut haram atau tidaknya menggambar, yah tergantung gambar apa dan digunakan apa gambar tersebut.

    ReplyDelete
  9. Ini juga hukumnya masih jadi bahan perdebatan ya di kalangan ulama meski ada sebagian golongan yang dengan tegas menyatakan hukum menggambar itu haram.

    Btw jarang2 nih ada buku yang bahasannya berat gini dikemas dalam bentuk komik. Jadi penasaran nih dengan isi komiknya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget mb, makanya dikembalikan kepada individu.

      Delete
  10. Perbedaan pendapat ini yang membuat saya maju mundur membuat komik. Apa pun itu, setiap kita memang kelak akan mempertanggungjawabkan setiap apa yang dikerjakannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama mb, tapi ya sedikit banyak membuka wawasan ttg seni dlm islam dg baca ini. Balik lagi apapun keputusannya, mau pake yg mana kembali ke keyakinan msg2

      Delete
  11. Semua kembali kepada pemahaman masing2 ya Mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kurang lebih begitu mb, toh selain kegiatan gambar setiap apapun yg kita kerjakan juga akan ada pertanggungjawaban, hehehe...

      Delete
  12. Saya pernah dengar ceramah ustadz sapa ya dulu mengenai gambar ini, hampir sama dengan patung.
    Saya masih belum bisa berpisah dengan gambar nih, meski kalau untuk hiasan dinding saya malah nggak suka, jadi takut sendiri :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebagian mmg berpendapat begitu. Kalau saya untuk pajangan juga gak, kalau menggambar masih sebatas tujuannya buat apa.

      Delete

Powered by Blogger.