Menyikapi Rumah Tangga LDR

September 30, 2019

Tempat terbaik istri adalah berada di sisi suaminya. Namun apadaya terkadang takdir memaksa sebuah rumah tangga harus terpisah jarak dan waktu. Gak bisa kita nge-judge harusnya begini atau begitu, karena pertimbangan dan situasi masing-masing rumah tangga berbeda satu dengan yang lainnya.

Memasuki 12 tahun pernikahan hampir setengahnya saya jalani dalam rumah tangga LDR (Long Distance Relationship).  Awal-awal pernikahan saya banyak stay di Jakarta dan Depok, sementara suami berkelana ke kota lain sesuai lokasi proyek penugasan dari perusahaan.  Maklum, suami buruh bangunan hehehe. Sempat hampir 4 tahun merasakan kebersamaan di bawah satu atap saat tinggal di kota Batam. Namun akhirnya kembali berjauhan ketika suami memutuskan kembali ke basecamp Jakarta, sementara saya mengambil tugas birrul walidain di kota kelahiran, Bandar Lampung.

LDR dengan suami memang tak mudah, apalagi tak sedikit rumah tangga yang akhirnya kandas dengan alasan perasaan cinta ikut terkikis seiring terbentangnya jarak dan waktu.  Tentu saja sebab tinggal berjauhan menyebabkan perhatian berkurang, sementara naluri manusia tidak memandang gender ingin diperhatikan dan selalu merasa dicintai. 

Masa-masa khawatir suami selingkuh sebab tertarik wanita lain, tidak terkontrol dalam hal keuangan, berbuat maksiat dll, bukannya tak pernah lagi terlintas dipikiran karena tinggal berjauhan bukan lagi hal yang baru buat saya.  Namun sebagai manusia biasa yang mampu kami lakukan hanyalah ikhtiar maksimal untuk menjaga hubungan agar selalu sehat dan balance meski kehadiran suami/istri tidak seperti rumah tangga kebanyakan.

1. Serahkan pada Allah dan banyak-banyak mendoakan pasangan

Ini sih senjata utamanya pasangan LDR tak terkecuali saya.  Tatkala terpisah jarak, praktis perhatian kita terbatas bukan dalam hal ketakutan yang bersifat posesif saja... semisal mengawasi gerak langkah suami khawatir mendua, boros dalam hal keuangan, dll, seperti yang saya sebutkan di awal, melainkan juga dalam hal berkhidmat yakni melayani kebutuhan suami dalam kesehariannya mulai dari pakaian, hingga kesehatan dirinya.

Kembali lagi,  daun yang gugur dari pohon saja tak luput dari kehendak Allah, jikalau takdir LDR tidak terelakkan mau seberapapun ikhlasnya hati dan cinta yang tertanam jika Allah berkehendak dalam sekejap semuanya bisa hilang tanpa bekas. Maka point terpenting menurut saya untuk pasangan LDR adalah libatkan Allah dalam setiap keadaan. Pasrahkan segalanya pada kehendak illahi, agar Dia senantiasa meneguhkan hati.  Selipkan selalu doa teruntuk kekasih hati agar Allah senantiasa melidungi dalam setiap gerak langkahnya.

Sumber : google
Sebagai tambahan mak, jangan lupa selalu bermohon kepada Allah agar suami diberi pemahaman agama yang baik dan rajin ke majelis. Lelaki yang takut kepada Allah dan mengerti agama biasanya akan makin memperlakukan istrinya dengan baik.

2. Bangun kepercayaan terhadap pasangan

Sepanjang yang saya rasakan, terlalu posesif, curiga dan kepo terhadap pasangan justru menimbulkan perasaan tidak nyaman ketika berdekatan.  Alih-alih sekedar ingin tahu atau menguji kadar kesetiaan, justru keingintahuan kita kerap membuat hubungan berubah tak sehat. Kadang maksud hati sekedar bertanya, tapi kok ujung-ujungnya malah mirip interogasi yang menyebabkan ketersinggungan.

Terus baiknya gimana dong? Saya pribadi mencoba memberi kepercayaan penuh dan ruang gerak seluas-luasnya untuk beraktivitas selagi tujuannya positif. Lagipula, bukankah feeling istri biasanya tajam? perubahan sekecil apapun perempuan umumnya lebih peka dan paham betul tabiat pasangannya.

Tatkala diri sudah menyerahkan segala sesuatu pada Allah, seharusnya sejalan dengan tindakan yakni hati merasa tenang dan percaya penuh pada pasangan. Kalau memang suami menyimpan bangkai, yakin deh lambat laun akan tercium juga. Sebaliknya pun demikian, tetap bermohon semoga Allah senantiasa memperlihatkan kebaikan-kebaikan pasangan agar cinta kasih dalam rumah tangga makin melekat kuat. 

Takut pasangan hanya memanipulasi alias pencitraan? Bukankah orang-orang di sekeliling kita adalah saksi baik buruknya diri? Kalau image baik saja kerap sampai di telinga, apalagi yang-hal buruk, biasanya lebih cepat menyebar. Yakin aja deh, kebaikan yang tulus dari dasar hati berdasar ketaatan lebih abadi.

3. Jangan Kepo dengan HP pasangan

Saya mungkin satu dari sekian istri gak tertarik ingin membuka HP suami, sekalipun beliau memberi tahu password ponselnya.  Sebagian emak-emak mungkin gak percaya.  Tapi memang begitulah kenyataannya.  Saya gak kepo ngintip chat WA, log telp keluar-masuk berapa hari terakhir, sampai gallery pribadinya. 

"Sekali-sekali perlulah mak, tunggu beliau mandi atau apalah jangah kurang-kurang akal, bohong kalau gak pengen tahu sama sekali, kayak gak cinta aja."  Hahay. Banyak bisik-bisik bilang begitu.

Sumber : google
Awal-awal LDR perasaan was-was memang kerap menyapa tapi sekali lagi saya berprinsip, saat suami keluar dari pintu rumah mencari nafkah, tugas istri adalah mendoakan.  Rasa khawatir yang berlebihan kadang datangnya dari setan.  Selebihnya, lelaki bertanggungjawab penuh atas dirinya sendiri, keluarga termasuk istri dan anak-anaknya. Untuk itu di yaumil akhir Allah kelak akan menanyainya secara detail atas amanah-amanah itu.

Sementara istri? Allah tidak akan pernah menghisab tentang apa-apa yang diperbuat suaminya. Catet. Jadi yang harusnya khawatir itu suami terhadap kelakuan istri, bukan istri yang lebay suaminya bakal kenapa-kenapa di luaran.

Kalau suami yang posesif dan suka liat-liat HP pribadi istri gimana? Kalau saya malah cuek mak, lha wong gak ada rahasia yang disimpen, kenapa takut? Balik lagi suami bertanggungjawab atas segala sesuatu yang dikerjakan istri, sebab tugas utama mereka adalah perisai keluarga dari panasnya api neraka. Jadi ya, monggo aja ... (eh dilalah dapet suami yang sama santainya, gak suka saling usil).

4. Jaga Komunikasi

Saat sebuah rumah tangga terbentang jarak dan waktu, jangan pernah putus komunikasi, mak. Kita bersyukur hidup di zaman canggih di mana fasilitas komunikasi bukan hal yang mahal dan langka didapat.

Sumber : google
Kirim foto-foto lucu aktivitas anak, kegiatan keseharian diri sebagai pelipur hati pasangan. Bahkan meski jauh sekalipun saya masih sering berdiskusi dan minta izin suami seputar kegiatan yang akan saya ikuti.  Kalau kehabisan rumpian biasanya kami saling bertukar video lucu atau meme-meme yang menghibur.

Jangan pula kaku selalu menunggu sang ayah menghubungi rumah, tetapi giring anak-anak untuk menelpon ayahnya dan bercerita tentang banyak hal menyangkut kesehariannya. Jangan jadikan ketiadaan sang ayah membuat alasan memutuskan hal-hal penting sendiri sehingga anak-anak benar-benar melupakan peran ayah sebagai kepala keluarga.

5.  Mengutamakan Quality Time saat bertemu

Awal-awal LDR saya kerap protes tatkala suami masih sering main HP atau lama terima telepon sekalipun saya tahu itu kepentingan kantor. Namun lama-kelamaan setelah didiskusikan, kesadaran suami mulai timbul untuk lebih mengutamakan saya dan anak-anak sebab waktu kedekatan kami sangat terbatas.

Selain itu kami sepakat mengusahakan momen kebersamaan lebih banyak dihabiskan dengan aktivitas yang anak-anak kehendaki, bukan melulu mengikuti keinginan ayah dan ibunya.  Hari ini mau apa, ke mana dan melakukan apa? Sudah menjadi pertanyaan lazim tatkala ayahnya tengah berada di rumah. Hal ini kami lakukan sebagai upaya menebus waktu dan kebersamaan yang hilang.



6.  Saat berjauhan isi waktu luang dengan kegiatan positif.

Saya memilih membaca, menulis, melukis, atau duduk di kajian sebagai pengisi waktu di kala senggang di luar kewajiban sebagai ibu rumah tangga. Kesibukan sangat membantu kesehatan jiwa untuk terus bermanfaat dan berpikiran positif, serta menjauhkan diri dari was-was yang berlebihan dan suuzon terhadap suami.

Anyway, mungkin emak-emak pelaku LDR lain punya tips dan trik berbeda selain di atas? Sok atuh mari berbagi, untuk tujuan saling menguatkan. 😚😚😚

#odop
#day28
#estrilookcommunity

No comments:

Powered by Blogger.