Kepemimpinan dalam Islam

September 26, 2019
Sumber : google

Kepemimpinan dalam islam dituntut untuk mampu mengayomi seluruh negeri dengan menerapkan sistem syariah islamiyah.  Yakni sebuah aturan yang dibuat langsung oleh Allah, bukan berdasarkan pikiran, feeling dan hawa nafsu manusia.

Itulah sebabnya menentukan seorang pemimpin dalam islam sangat krusial dan tidak main-main.  Sebab yang paling diutamakan adalah kapasitasnya dan komitmen dalam menerapkan Al-Quran dan Sunnah.

Bahkan dalam siroh nabawiyah diceritakan, ketika Rasulullah wafat jenazahnya disemayamkan hingga 3 hari, sebab para sahabat, ulama dan rakyat sibuk berdiskusi menentukan siapa pemegang tongkat estafet kekhalifahan setelah nabi.

Bukankah dalam islam urusan menguburkan jenazah harus disegerakan? Mengapa manusia mulia sekelas rasulullah justru harus menunggu lama untuk di makamkan.

Asbabnya tiada lain karena kepentingan rakyat dalam kepastian adanya pemimpin baru lebih penting di atas upacara pemakaman, meski kekasih Allah sekalipun yang berpulang.

Waspadai Pemimpin Tak Amanah

Dalam durah islamiyah, pemimpin adalah junnah atau perisai bagi umat yang dipimpinnya. Itulah mengapa seorang pemimpin disyaratkan harus mengerti Al-Quran dan memiliki wawasan yang luas seputar penetapan hukum-hukum islam.


Rasulullah pernah bersabda:

"Aku mengkhawatirkan atas diri kalian enam perkara yaitu (salah satunya) kepemimpinan orang-orang bodoh/dungu ... (HR Ahmad dan At thabrani)

"Semoga Allah melindungi kamu dari Imarah As-sufaha. "Kaab bertanya, "Apakah itu Imarah As-Sufaha wahai Rasulullah? Beliau bersabda, "Mereka adalah para pemimpin sesudahku, yang tidak mengikuti petunjukku danntidak meneladani sunnahku" (HR Ahmad dan Baihaqi)

Mengapa Imarah As-Sufaha begitu dikhawatirkan baginda nabi? Sebab orang bodoh/dungu cenderung lebih memperturutkan hawa nafsu, sembrono dan gegabah dalam pengambilan keputusan serta buruk dalam hal tindakan dan tidak bijak memandang sesuatu.

Seseorang yang demikian jika diberi amanah memimpin, maka justru akan memberikan kerusakan dan kehancuran seluruh kaum.

Bagaimana seorang pemimpin dikategorikan sebagai Imarah As-sufaha? Yakni jika seorang pemimpin:

1.  Mengkhianati rakyat dengan kebohongan yang dibuat terkait janji, atau aturan yang diterapkan tidak sesuai syariat.


Source : google.com

"Tidaklah seorang hamba- yang Allah jadikan pemimpin untuk mengurus rakyat- mati pada hari dia menipu (mengkhianati) rakyatnya, kecuali Allah mengharamkan syurga untuknya. (HR Bukhari dan Muslim)

2.  Zalim dalam menetapkan hukum dan aturan tidak berdasarkan dengan hukum Allah SWT.

"Siapa saja yang tidak berhukum dengan wahyu yang telah Allah turunkan, mereka itulah pelaku kezaliman. (Al Quran surat Al Maidah : 55)

3. Pemimpin yang menyesatkan.


"Sungguh yang paling aku khawatirkan atas kalian adalah para pemimpin yang sesat/menyesatkan" (HR Ahmad dan Ad-Damiri)

Mensitir sebuah hadist lain Rasulullah SAW bersabda :

"Sebaik-baiknya imam (pemimpin) kalian adalah yang kalian cintai dan mereka yang mencintai kalian. Kalian doakan mereka dan mereka mendoakan kalian,  sebaliknya, seburuk-buruknya imam (pemimpin) kalian adalah yang kalian benci dan mereka membenci kalian, kakian laknat mereka dan mereka balas melaknat kalian (HR Muslim)

Banyak kisah inspiratif mengenai kepemimpinan islam terdahulu.  Rasulullah misalnya, dikenal sebagai salah satu tokoh yang paling berpengaruh di dunia sampai saat ini.  Beliau dipercaya sebagai pemimpin yang adil, welas asih dan mendahulukan kepentingan ummat.  Nabiullah Muhammad, terkenal keras kepada kaum kafir namun berkasih sayang pasa sesama muslim.

QS Al Fath: 29

Sementara seorang khalifah Umar bin Khottob di masa Khulafar Rasyidin dikisahkan sebagai pemimpin yang amanah. Ia sanggup memanggul sekarung gandum sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap masalah kelaparan yang dialami salah satu penduduk negerinya. Bahkan mematikan lampu minyak tatkala salah satu umatnya datang berkeluh kesah mengenai urusan pribadi. Sebab,penerangan yang digunakan di ruang kerjanya merupakan infak dari kaum muslimin.

Umar bin Abdul Aziz pemimpin islam semasa Kekhalifahan Abbasiyah pun tak kalah inspiratif.  Salah satu perkataannya paling menyentuh ketika beliau berujar, "jikalau seekor unta terperosok di jalanan kota baghdad maka yang patut dipersalahkan adalah aku (sebagai pemimpin)"  Ucapan ini diterjemahkan bahwa keberadaan fasilitas negara (jalan raya) termasuk dalam tanggung jawab seorang pemimpin.

Dari sekian banyak teladan nyata, pertanyaan menarik selalu terselip dan menggelitik nurani.

Bagaimana dengan sosok pemimpin di negeri ini?

Sumber : google

#odop
#day23
#estrilookcommunity

No comments:

Powered by Blogger.