How to Face the Hectic Situation

September 18, 2019

Source : google
Pernah ngalami pagi yang hectic mak?

Emang arti hektik apaan, ya? Kayaknya sering baca dan denger istilah itu di percakapan sehari-hari, wa, maupun medsos.

HECTIC (baca: hektik) itu dalam bahasa gaul berarti sibuk, kalut, riweuh, rushing things, buru-buru, kerumitan, kompleks, aktif, perasaan tidak menentu arah.

Saya sih sering ngalamin.  Bahkan pagi ini baru saja kejadian.  Kalau dipikir-pikir dulu saya termasuk pribadi yang well prepare. Namun belakangan, sejak menjadi emak-emak apalagi yang keras kepalanya saya dengan alasan kemaruk pahala memutuskan tidak menggunakan ART sejak menikah, mulai dech kena penyakit riweh, rempong, pelupa, dsb ...

Jadi inget dulu saat kuliah, salah satu senior kampus punya game kepribadian yang pernah coba saya jawab.  Soalnya kurang lebih begini.  Jika suatu saat, ada orang mengetuk pintu, sementara anak menangis, lalu telepon berdering.  Pada saat yang sama ceret air berbunyi nyaring tanda air sudah masak, apa yang paling utama kamu kerjakan. Lakukan sesuai prioritas menurut kacamata diri.

Bagi saya sih ini bukan cuma tes kepribadian, namun lebih kepada latihan logika berpikir untuk menghasilkan pribadi yang solutif.  Jawaban saya ketika itu, samperin anak yang paling utama--lalu gendong, kemudian sambil berjalan matikan kompor, sambar telepon sambil sebelumnya menyahut tamu yang mengetuk pintu agar menunggu sebentar, last menjawab telepon.

Dari hasil analisa menurutnya saya pribadi yang mencintai anak-anak, cermat melihat situasi dan cukup menghormati orang lain.  Ah ... saya sih gak mau Ge Er, karena saya pikir gak akan ada jawaban ideal untuk itu, sebab setiap orang pasti punya skala prioritas dan sudut pandang yang berbeda. 

Nah, sama halnya dengan di dunia nyata kita kerap dihadapkan situasi riweh semacam itu.  Dan tentu saja ini bukan lagi sebatas games yang membutuhkan banyak waktu untuk berpikir, tetapi lebih menuntut spontanitas individu.

Semisal pagi tadi, ketika mengantar anak ke sekolah, di tengah jalan motor kehabisan bensin lalu mati --kebetulan jarum penunjuk bensin sudah lama error. Pagi saya sengaja nggak cek bensin, karena yakin kemarin masih terisi penuh sebab suami sudah membeli bensin sebelum terbang ke Jakarta.  Lupa kalau sepanjang hari kemarin, motor dipinjam tetangga.  Saat itu, jam masih menunjukkan pukul 06.45.  Anak-anak masuk sekolah pukul 07.30 wib. HP gak ada pulsa, kuota juga pas habis semalam sehingga tidak bisa menghubungi siapapun untuk dimintai bantuan.  Untungnya masih bawa dompet berisi uang.  Apa yang kira-kira emak lakukan di situasi itu? Oya, penjual bensin terdekat, jaraknya 50m dari tempat motor mogok.

Saya sih aslinya pengennya marah-marah atau mewek dulu ... hahay. Sayangnya menyalahkan orang lain, ngeluh ataupun menangis gak menyelesaikan masalah.

Kenyataannya, saya mencoba discuss meminta anak-anak menunggu di motor--sebelumnya saya titipkan mereka ke tukang warung yang kebetulan ada di lokasi, lalu saya mencari bantuan orang yang kebetulan lewat ke arah penjual bensin eceran, kemudian kembali ke motor dengan berjalan cepat.  *Untungnya masih bawa duit, kalau enggak? lengkap sudah penderitaan. Mungkin yang akan saya lakukan jika situasi itupun terjadi juga -- ya tetap ke tukang bensin dan ngutang dengan menaruh apapun sebagai jaminan apabila memang diperlukan demi anak-anak bisa kembali berangkat ke sekolah.

Kenapa saya gak dorong aja motornya sampai ke tukang bensin terdekat? Berat mak gak kuat msh recovery pasca surgery ... lagian saya masih punya banyak waktu untuk berjalan bulak balik 50 m, meski berujung ngos-ngosan 😂 Gak papa itung-itung olahraga. Hehehe. Alhamdulillah anak-anak tiba di sekolah tepat sebelum bel berbunyi.

Kesimpulannya -- terutama pelajaran untuk diri sendiri--bahwa ketika situasi seolah kacau bertumpuk-tumpuk dalam waktu bersamaan maka langkah awal yang harus ada pada diri,

Source : google

Pertama, Bersikap Tenang

Sekalut apapun hati berkecamuk, ketenangan sangat membantu seseorang untuk berpikir jernih.  Nah, penyakit emak-emak itu biasanya panikan ... ini yang harusnya dilatih agar enyah dari diri.  Bagaimanapun rempongnya keadaan, jangan lupa tarik napas dalam, istighfar agar yang keluar bukan ocehan sebagai reaksi spontanitas.  Marah, nangis, ngomel, nggak menyelesaikan masalah.

Kedua, Think, Prediction, Action

Kalau diri sudah santai, otomatis otak bisa diajak berpikir mencari langkah apa yang akan dipilih untuk keluar dari masalah. Lihat situasi, waktu, tempat, dll. sebagai dasar bertindak.  Pertimbangkan untung ruginya, saat yakin memilih tindakan sebagai solusi, maka lakukan dengan cepat.

Ketiga, Jangan Sungkan Meminta Bantuan

Saat genting, lupakan juga rasa sungkan maupun malu.  Ketika beban tak bisa terbendung sendirian tidak ada salahnya mencoba meminta bantuan orang di sekitar meskipun tidak dikenal sekalipun. Bersedia tidaknya orang menolong kesulitan yang kita alami, pasrahkan saja pada Allah.  Nothing too loose.

Keempat, See the Bright Side

Selalu cari celah syukur dan hikmah dari setiap kejadian.  Sesulit apapun ketika situasi tak enak menyerang, selalu berpikir positif ... percayalah pertolongan Allah selalu ada.  Introspeksi diri sambil banyak-banyak beristighfar ... jangan-jangan cobaan datang sebab kekhilafan yang pernah diperbuat.

Tiba-tiba terseret situasi hectic itu biasa, mak. Because it is a theater of life, just slowdown and take your deepbreath.

Source : google


#odop
#estrilookcommunity
#day16

No comments:

Powered by Blogger.