Belajar dari Kisah Yukabid, Ibunda Musa As

September 07, 2019
Setengah sembilan pagi saya bersiap untuk menghadiri kajian muslimah yang di sampaikan oleh pemateri berskala nasional Ustazah Hafizhahullah Halimah Alaydrus di Masjid Ad-Dua Wayhalim hari ini.  Sepintas sempat terselip keengganan karena materinya mirip dengan apa yang disampaikan pada pertemuan sebelumnya di tahun lalu.  Masih seputar kisah "Bidadari Bumi".

Namun saya coba meluruskan niat, meski mungkin kisahnya tak jauh beda dengan pertemuan terdahulu anggap saja refreshing ilmu, belum lagi membayangkan besarnya pahala duduk di dalam majelis yang tentunya tak sama jika hanya menyimak di live streaming ataupun penggalan video di medsos.

Yang saya ingat di pertemuan yang lalu, banyak ilmu yang bisa diserap dari kisah yang mengalir apik dari tutur katanya yang khas.

Tepat pukul 09.00 acara dibuka oleh pembawa acara dilanjutkan dengan pelantunan ayat suci Al-Quran. Tak berapa lama, akhirnya sosok wanita salehah kelahiran Indramayu, yang juga pernah mengenyam pendidikan di kota Tarim, Hadramaut, Yaman dan telah menelurkan beberapa buku di antaranya Bidadari Bumi, Pilar Cahaya, Tutur Hati itu mulai menyapa para jemaah.

Banyak nama wanita salehah yang diurutkannya dari zaman ke zaman.  Bahwa hakikatnya bumi ini tak pernah kosong, selalu diisi oleh para hamba Allah yang dicintaiNya, tak hanya pria tetapi juga wanita. Sebagai contoh dari kalangan wanita, sosok bidadari bumi diduduki oleh Ibunda Hawa, Siti Hajar, Asiyah istri Firaun, Yukabid, Maryam, Ummul Mukminin Khadijah, Aisyah Ra, Fatimah, Ummu Sulaim ... dst berlanjut hingga ke generasi sekarang meski mungkin kita tak melihat sendiri dan mengetahui keberadaan mereka saat ini.

Satu terselip nama yang mungkin sedikit asing dari pendengaran kita ialah sosok Yukabid, ibunda nabi Musa As.

Kisah itu kemudian mengalir indah hingga saya sempat berkaca-kaca dan kemudian melupakan keengganan yang sempat melintas.  Pertemuan kali ini sungguh membawa kisah yang berbeda, meski satu tujuan yakni memberi inspirasi dan teladan bagi para mukminat.

Arti Tawakal  Sesungguhnya dari Sosok Yukabid

Beliau adalah ibunda nabi Musa As yang memiliki keteguhan iman yang kuat kepada Allah SWT.  Kisahnya diabadikan dalam Al-Quran di sepanjang surat Al Qasas.



Dituliskan, Raja Firaun yang terkenal zalim kala itu menjatuhkan sebuah titah pada seluruh negeri untuk membunuh semua anak laki-laki yang terlahir di tahun kala ia memerintah kerajaan.

Pengumuman ini didasari oleh sebuah mimpi yang dialami Firaun  sendiri di mana yakni kekuasaannya kelak akan jatuh di tangan seorang anak lelaki biasa.  Maka, sejak perintah itu jatuh, para prajurit kerajaan menyisir seluruh penjuru negeri dan membunuhi satu per satu bayi lelaki yang lahir.

Yukabid yang kala itu baru saja melahirkan Musa telah mendengar kebijakan sang raja zalim.  Hampir setiap hari ia menggendong Musa dengan berlinang air mata dan memohon kepada Allah untuk melindungi anaknya dari para tentara kerajaan.

Suatu hari, dari kejauhan derap langkah kaki kuda para pengawal kerajaan mendekat, hati Yukabid cemas bukan kepalang.  Kemudian datang ilham dari Allah untuk memasukkan musa di kuali besar berisi air di atas kayu bakar yang menyala. Yukabid dengan keyakinan yang teguh akhirnya memasukkan si kecil Musa dan menutupnya.

Para tentara tiada yang mengira Yukabid menyembunyikan sang anak di atas tungku yang menyala dan berlalu.  Keajaiban pertama terjadi.  Bayi Musa selamat dari pembunuhan. Rasa syukur menyeruak di dada sang ibu.

Namun kebahagiaan itu tak berlangsung lama, Yukabid kemudian didera kegelisahan baru. Bahwa cepat atau lambat berita tentang anak lelakinya tentu akan sampai ke telinga sang Raja.  Yukabid kembali berdoa kepada Allah memohon petunjuk berikutnya akan keselamatan anaknya.

Ilham kedua diterima, Allah memerintahkan Yukabid untuk menghanyutkan bayinya ke sungai Nil.  Ibu mana yang tak bersedih hati, ketika harus berpisah dengan darah dagingnya? Meski begitu, Yukabid percaya bahwa Allah adalah sebaik-baik pelindung.  Suatu hari dihanyutkannyalah Musa di dalam sebuah keranjang.

Dari kejauhan Yukabid meminta anak perempuannya yakni kakak Nabi Musa mengawasi jalannya keranjang menyusuri sungai dari kejauhan.

Ternyata, di sinilah keajaiban Allah kembali terjadi.  Keranjang berisikan bayi Nabi Musa berhenti di sekitar istana kerajaan Firaun, tepatnya ditemukan oleh Asiyah permaisuri raja. Kala itu Asiyah belum dikaruniai keturunan.

Meski akhirnya keberadaan bayi itu diketahui Firaun dan hendak dibunuh dengan pedangnya, Asiyah mampu meredam ketakutan Firaun akan mimpinya. Bujuk rayu seorang Asiyah tertuang dalam ayat di bawah ini.

Firaun pun melunak, akhirnya ia mengabulkan permohonan Asiyah untuk merawat bayi Musa.

Keajaiban tersebut tak hanya berhenti sampai di sana.  Setelah beberapa hari dirawat, bayi musa tak mau menyusu pada siapapun.  Hingga Asiyahpun  kemudian membuat sayembara kepada seluruh wanita yang tengah menyusui bahwa siapa saja yang bisa menyusui Musa akan diperbolehkan tinggal di istana dan dipenuhi kebutuhannya.

Bergegas saudara perempuan nabi Musa kemudian meminta sang ibu, Yukabid untuk datang ke istana dan mengikuti sayembara.

Akhirnya Allah pun mengembalikan sang anak dengan cara yang menakjubkan kepada pangkuan sang ibu yang salehah dengan cara yang tak disangka-sangka.

Selanjutnya kisah nabi Musa hingga ia dewasa dan menghancurkan kekuasaan Firaun mungkin sudah sangat familiar kita dengar di dalam shirah nabi Musa As yang termasyur.

***

Dari kisah yang dituturkan, terdapat banyak ibroh (hikmah) tersirat yang bisa dijadikan teladan dalam kehidupan para ibu masa kini.

Bahwa menjadi wanita mulia diperlukan 3 kriteria yakni;

1. Ilmu
Ibadah tanpa ilmu cenderung sia-sia.  Yukabid mungkin tak memiliki ilmu dunia yang mumpuni, namun melihat caranya berserah diri kepada Allah, tentu membutuhkan tingkat makrifatullah yang tinggi yang sulit terjangkau logika dan akal manusia pada umumnya.

Taat tanpa tapi, taat tanpa banyak bertanya. Itu yang diajarkan ibunda nabi Musa As tersebut.  Ketetapan yang Allah beri sangat diyakini sebagai jalan keluar terbaik, meskipun sulit diterima akal manusia.

2. Ibadah
Dari caranya selalu meminta petunjuk kepada Allah dalam setiap kesulitan menunjukkan teladan bahwa Yukabid selalu melibatkan Allah dalam setiap masalah dan pengambilan keputusan.  Bentuk dari ibadah itu tiada lain dari doa kepada Allah dalam setiap keadaan.

3. Akhlak
Ilmu, ibadah yang baik dan benar selalu menghasilkan akhlak yang mulia.  Salah satunya adalah kesabaran dan keyakinan akan kuasa Allah meliputi apapun yang terjadi di muka bumi.  Tidak ada satu hal pun yang luput dari pengawasan Allah.

Selain itu, belajar dari kisah Yukabid bahwa Allah senantiasa membalas akhlak terpuji setiap manusia sebagaimana janjinya yang tertulis di dalam Al Quran Nur Karim. Begitupun sebaliknya.


Semoga para perempuan khususnya yang telah menjadi ibu, bisa memetik hikmah dari perjalanan kisah Yukabid dan meniru selangkah demi selangkah ketaatan sebagaimana ibunda sang nabiullah, tak terkecuali saya. Aamiin.



#odop
#estrilookcommunity
#day7

No comments:

Powered by Blogger.