Me and Kutlah

November 14, 2024

 


Tetiba pengen kilas balik aja ...


Pertamakali kenal kelompok pengajian yang ternyata bagian dari kutlah (Partai Politik) Hizbut Tahrir Indonesia tahun 2017 saat kembali stay di Bandar Lampung. Suatu hari selepas mengantar anak ke sekolah, diajak salah satu guru ikut kajian.  Saat itu karena merasa anak mulai besar, LDR pula dengan suami, pengen punya amalan yang bisa jadi penolong nantinya di yaumil akhir terkait pertanggungjawaban waktu, yakni rajin datang ke pengajian.


Melalui pengajian ini saya menuai banyak manfaat. Saat duduk di tahapan PU, IM Hizb, saya masih sering juga gabung ke kajian sunnah di sebuah masjid di Bandar Lampung. Namun jujur saja, seiring waktu ada beberapa hal yang kurang bikin hati puas terkait materi yang menurut saya "stuck" seputar membahas fiqih muamalah, ibadah, nafsiyah semata. Just like ... something missing part. Sekalipun begitu, keduanya sama-sama berjalan dan saling melengkapi, sampai di satu titik, saya memilih fokus belajar di Hizb.


Di sisi lain, lucunya ... ada warning dari beberapa teman. "Jangan ngaji di situ, mereka itu organisasi terlarang, radikal, nanti kamu ikutan sesat".  Bukannya takut, malah makin penasaran, di mana letak menyimpangnya? Wong, duduk dengan orang-orang cerdas, salih dan ramah kok ditakuti? Bahkan, setiap kelar kajian banyak hal yang membuat saya makin mengenal Allah, wawasan terus bertambah terutama seputar siroh, sistem pergaulan islam, ekonomi bahkan politik islam dan implementasinya dalam kehidupan.


Intinya, melalui pengajian ini saya paham, islam itu ajaran yang lengkap dan menyeluruh, gak sebatas Ibadah maghdoh or rukun islam semata (syahadat, zakat, shalat, puasa, haji). Sementara, duduk di sana saya juga dibebaskan berdiskusi sehingga pola pikir dan logika bisa optimal.  Sangat memuaskan akal.


Makin cinta ketika tahu Hizb sebuah Partai yang mendunia. Hebatnya semua anggota di mana pun berada mengadopsi dan mentabani kitab yang sama dari mujtahid yang sanadnya jelas, cara belajar yang sama sehingga memiliki kesamaan rasa, gerak, pemikiran dan tujuan. Hizbut Tahrir Indonesia, sama dengan di Inggris, Amerika, Afganistan, Palestina, bahkan belahan dunia mana pun.  Sangat terasa ketika pindah dari satu kota ke kota lain, hampir tidak ada perbedaan warna dakwah, hanya tinggal menyelaraskan karena harus berganti team menyesuaikan wilayah setempat saja. Betapa ikatan akidah itu nyata lebih kuat dibandingkan ikatan kesukuan, apalagi sekadar perasaan senasib-sekampung.


Satu hal teristimewa, apa yang diajarkan gak selesai ketika salam penutup majelis dibacakan, namun berlanjut diterapkan dalam kancah kehidupan dengan teman-teman sebarisan yang loyal saling mengingatkan sebagai garda terdepan. Pengalaman, pernah "dijewer" musrifah ketika posting pic di medsos kerudung gak menjulur menutupi area dada, ikhtilat bukan untuk kepentingan syari, datang ke kajian menggunakan gojek (motor), ketahuan gak pakai kaos kaki keluar rumah, safar lebih dari 3 hari harus dengan mahrom (termasuk urusan haji dan umroh), mempercepat melepaskan diri dari urusan RIBA (alhamdulillah DONE), juga point praktik seluruh aktivitas harus memenuhi syarat ikhsanul amal termasuk urusan ekonomi/muamalah dan politik. 


Seluruh aktivitasnya hanya dakwah, dakwah dan dakwah, sehingga tak heran juga sering dinyinyirin kelompok sebelah "gerakannya kok sekadar wacana." Padahal kami ada dan terus menggurita di seluruh dunia dengan segala sepak terjangnya.  Sementara di sisi lain, ironisnya sesama muslim malah sibuk menggembosi jalan yang kami tempuh, bahkan menyindir sebagai pengkhianat hanya karena tariqah yang berbeda dan tidak terlibat dalam politik praktis demokrasi gak mendukung partai-partai islam yang berjuang dari dalam.  Di titik ini #oneummah makin sulit tercapai dan seolah menjadi tantangan berat, sekalipun bukan mustahil. Hizb jalan terus membangkitkan pemikiran sebab memegang teguh janji Allah; islam di akhir zaman akan kembali bangkit, dan itu PASTI. Kita sebagai muslim hanya wajib ikhtiar maksimal, atau memilih tidak perduli dengan sibuk pada agenda mengejar dunia.  Pilihan selalu ada di tangan masing-masing individu muslim itu sendiri.




Tidak ada pula doktrin atau larangan selama ngaji di Hizb tidak boleh gabung di pengajian lain. Justru kebalikannya, kami dianjurkan hidup membaur, bermasyarakat, namun dengan catatan harus mampu mewarnai bukan malah kembali kanyut dalam kehidupan yang cenderung sekuler, opportunis dan sarat kepentingan dunia.


Di Hizb juga tidak bermudah-mudah menjudge syarikah tak sejalan berisikan ahlul bid'ah, syubhat, bahkan sesat. Sebab konsekuensinya berat di yaumil akhir.  Jika tak terbukti, tuduhan bisa berbalik arah pada diri, dan ancamannya pun neraka. Jadi jika ada orang HT gak mau gaul, mudah mengatai pengajian lain sesat, bisa jadi itu masalah personal, ketakutan pribadi, atau bahkan belum lama ngajinya itupun hanya mau datang ngaji wajibnya saja, enggan membangun ghirah ruh jamai' dalam kegiatan lain syarikah.


Di barisan ini pula saya belajar keikhlasan yang luar biasa. Kerja tiada mengharap imbalan dunia, bahkan hanya sekadar ganti ongkos ke sana ke mari pun tidak. Mobilisasi massa murni Lillah, tiada misi udang di balik batu. Bahkan tak jarang syabah sudah lelah, keringatan, diporsir otaknya di kajian, malah sampai di tempat saweran bayarin ongkos teman dan sahabat yang tengah dilanda kesulitan/musibah. MashaAllah. Tapi di sini pula saya merasa banyak kemudahan hidup sebagaimana janji Allah : Jika kamu menolong agamaNya, maka niscaya Allah akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu (QS Muhammad : 7).


Oya, ngaji di sini juga lambat laun saya merasakan kestabilan mengelola emosi kian baik (suami dan anak-anak saksinya). No baper gak jelas. Bukan berarti tiada masalah. Tapi semua problem seolah mengecil ketika melihat para sahabat yang memiliki permasalahan hidup jauh lebih pelik dari pada saya, entah itu masalah RT, ujian anak/keluarga, sakit kronis, ekonomi, dll tapi masih siqoh berdiri tegak, "memanaskan" medan juang bahkan terdepan di setiap kegiatan kebaikan. Malu hati rasanya, sekalipun kerap di sesi mutabaah isi obrolannya ditanya seputar permasalahan pribadi. Ujung-ujungnya milih di-skip, karena merasa cemen sendiri ... Masak masalah segitu aja ngeluh?! Ha ha 🤭🙈. Lalu, apakah seluruh anggota keluarga sudah satu harokah? Jawabannya belum. Tidak ada paksaan untuk ke arah ke sana. Toh ... kutlah hanyalah wasilah, gak ada dalilnya siapa yang tergabung di jemaah ini pasti masuk syurga hehehe. Hanya saja ...saya pribadi kerap sharing ke suami, bahkan anak-anak sudah paham pola pikir saya karena sering ikut ngaji dan terbiasa dengan jadwal dan kegiatan syarikah sejak mereka duduk di bangku SD.


Apakah sekarang merasa di jalan yang benar? InshaAllah selama tidak menyelisihi kitabullah dan sunnah, tetap PeDe belajar terus di kajian-kajian yang mereka diadakan. Sekalipun kadangkala jika sedikit terlibat perdebatan dengan yang berbeda bendera disindir seolah merasa paling benar. Saya sih kembalikan lagi permasalahan pada Allah. Sambil banyak-banyak berdoa pamungkas, Allahuma arinal haqo haqqo warzugnattibaah ... Apalagi di tengah tawaran menggiurkan jika mau menyeberang ke suatu parpol dengan janji skill sebagai VOT, penulis dan mantan penyiar akan dibayar profesional🤫.


Belakangan kerap pula mulai terasa seperti mengenggam bara api ketika benturan terjadi di masyarakat terutama standar halal-haram, namun bagi kebanyakan itu biasa, sementara saya berusaha sebisa mungkin meninggalkan kebiasaan itu. Contoh, aktivitas ke bioskop, kumpul komunitas campur baur bukan dalam misi belajar, berfoto IKHTILAT antara laki-laki dan perempuan, atau traveling menginap tanpa pak suami/mahrom. Semobil tanpa mahrom tapi ikhtilat dengan laki-laki lebih dari satu selain sopir entah itu teman seangkatan atau tetangga misalnya, sekalipun di kendaraan terdapat juga beberapa wanita. Ribet ya kedengerannya? Gak juga ... biasa aja saya mah. Berusaha pelan-pelan berislam sekuat yang dibisa saja, sambil berharap semoga Allah memudahkan.


Note: Dakwah Hizb itu damai, juga bukan semata ingin mendirikan Daulah (sehingga kerap dituduh khawarij juga) namun yang kami rindukan adalah meneruskan kembali kehidupan islam seperti dulu, itu otomatis ada kaitannya dengan sistem bernegara. Aturan syara dalam lingkup luas gak akan bisa tegak dengan saleh sendirian. Karenanya ... perjuangan itu terpusat pada penegakan hukum Allah semata, bukan mati-matian bergerak untuk kepentingan partai, golongan, tokoh, apalagi ngarep bantuan sembako atau sekadar amplop demi penyambung dapur ngebul. Keyakinan kami islam adalah solusi bagi seluruh permasalahan umat. Sebagaimana dulu pernah berjaya di bawah naungan Khilafah Islamiyah umat muslim dan non muslim yang terikat perjanjian hidup damai, makmur, dan memperoleh jaminan keamanan penuh.


Jalan perjuangan Hizb sepemahaman saya sesuai tariqah nabi dengan penuh cinta damai berusaha membangkitkan pemikiran umat, dengan membentuk halqoh-halqoh dan kutlah yang akhirnya sampai ke titik thalabul nusrah.  Jadi kenapa begitu ditakuti bagai momok yang menggerogoti bangsa? Padahal Hizb tidak kudeta, korupsi,  mempersenjatai anggotanya, bahkan melakukan tindak kriminalitas, karena jelas mereka memiliki pola sikap ala mukmin yang berusaha memberikan manfaat bagi seluruh alam. 


Lha 'kan dulu nabi juga berperang! Yup, betul. Tapi itu masa ketika negara islam sudah tegak di Madinah, dan dalam era perluasan wilayah namun mendapat ancaman Kafir Quraish, Romawi, Persia, bahkan kerajaan-kerajaan di Eropa.  Saat ini, perjuangan yang dipilih Hizb sebagaimana perumpamaan islam belum lagi tegak, yakni jalur dakwah pemikiran dalam rangka menyadarkan umat.


Finally, aktivitas dakwah akan terus melekat dengan ada atau tidaknya badan hukum Hizb, sebab "tabliqh" itu kewajiban muslim.  Hanya meluruskan saja, badan hukum boleh saja ditutup tersebab ketakutan pemerintah akan kekuatan islam bangkit kembali di bumi nusantara bahkan dunia. Ini hanya masalah legalitas organisasi yang dihadang oleh penguasa yang tidak pro pada penegakan syariah. Namun jelas status Hizb bukan partai terlarang layaknya PKI.  Jika banyak pihak terus membenci, semata belum paham, atau kuatir dengan tegaknya syariah maka ruang gerak pada kapitalis menguasai negara kian terbatas. Jadi, ada tidaknya badan hukum, dakwah memahamkan islam kaffah tetap berjalan. Satu hal lagi, dibubarkannya Hizb hukan standar keburukan sebuah gerakan, sebab baik-buruknya halal-haramnya sesuatu itu standarnya dalam islam jelas datangnya dari Allah. Thats why prinsip keadilan dalam islam lebih mudah dibayangkan.


Membumikan syariat kaffah akan terus bergaung di penjuru bumi sekalipun terus dihalangi, karenanya ... islam juga tidak akan pernah kehabisan para pejuangnya.  Semoga kelak ikut menuai hasil perjuangan dengan kiriman pahala dari masa depan melalui apa yang diperjuangkan hari ini.


Semoga hati kamu juga tergerak setelah membaca ini, hayuk jangan takut untuk duduk mengkaji islam, berdiskusi bahkan ambil bagian di penegakan islam kaffah. 


 Aamiin.


Nasrunminallah wa fatkun qorrib ...

No comments:

Powered by Blogger.