Pengalaman Muamalah sebagai buyer di Tik Tok

Islam mengatur kehidupan muslim sejak bangun tidur sampai kembali menutup mata di malam hari. Semua tak luput dari syariah termasuk di dalamnya persoalan jual beli.


Tampilan lantai atas rumah setelah dipasang partisi berbahan WPC


Transaksi jual beli atau muamalah dalam islam memiliki beberapa syarat, di antaranya:

1. Pembeli harus jujur tidak menyembunyikan cacat barang

2. Barang yang diperjualbelikan halal, bukan barang curian, membahayakan umum, juga syubhat.

3. Tidak mengandung gharar, RIBA, judi, spekulasi, penipuan.

4. Tidak boleh melakukan praktek penimbunan barang, dll


Begitu detilnya Allah mengatur bab muamalah, sampai-sampai banyak mengibaratkan jual beli tak sekedar urusan untung rugi, melainkan bicara syurga atau neraka.  Hal ini disebabkan jika muslim tidak paham betul muamalah syari lalu ia menjalankan usaha jual beli maka dikhawatirkan mudah terjerumus dalam penipuan, praktek RIBA dan menghalalkan segala cara demi meraih keuntungan sebesar-besarnya.


Awal Agustus lalu sebuah pengalaman berharga diberikan Allah untuk saya dalam hal bermuamalah online.  Sebelumnya saya memang kerap berbelanja di aplikasi marketplace seperti shopee dan tokopedia.  Namun belakangan belanja di Tik Tok memang lebih banyak memberikan kemudahan dalam bertransaksi dan harga yang bersaing.  Dari sekian banyak pembelian saya di aplikasi ini, pengalaman terakhir lalu betul-betul membuat saya tersentak bahwa ternyata menjadi seller pun ada resikonya, di manapun lahan bisnisnya tak terkecuali aplikasi yang tengah trend ini.


Ceritanya, berawal dari ketertarikan saya dengan sebuah postingan Tik Tok berbau design eksterior rumah.  Saya begitu ingin rumah saya menggunakan partisi, bahan WPC hollow (Wood Plastic Composite) Campuran serbuk kayu dan plastik untuk di pasang di lantai dua rumah sebagai salah satu pemanis sekaligus penahan sinar matahari.  Resiko rumah menghadap arah barat, maka setiap siang matahari terasa menyilaukan mata sekaligus bikin panas rumah. 


Singkat cerita saya memberikan postingan tersebut pada sepupu yang kebetulan bertindak sebagai kepala tukang dan partner saya dalam bertukar pikiran merenovasi rumah.  


Gayung bersambut, sang sepupu langsung hunting toko-toko material seputaran Depok.  Ternyata setelah beberapa hari mengunjungi toko-toko material ternama, bahan tersebut tidak ditemukan di pasaran sekitaran rumah bahkan wilayah Jakarta. Penasaran banget, masa sie tinggal dekat dengan ibukota kok gak nemu bahan yang dimaksud? Ternyata dengar-dengar, bahan tersebut kebanyakan masih impor. Supplier yang berani mendatangkan barang ke Indonesia, kebanyakan berasal dari Surabaya.


Suatu hari, kebetulan ia mengerjakan proyek kecil di daerah Bintaro, tak sengaja beberapa sample rumah di sana ternyata persis menggunakan bahan yang saya inginkan.  Beliau pun bertanya pada developer. Ternyata, ia pun disarankan untuk membuka marketplace karena supplier/importir material  tersebut memang benar adanya di Surabaya. Berhubung beliau kurang paham menggunakan aplikasi penjualan online, akhirnya sayalah yang kemudian mulai mencari-cari toko yang dimaksud.


Tak sampai berminggu-minggu, akhirnya saya pun menemukan supplier yang dimaksud. Sebelum order saya melakukan chat dengan admin toko untuk memastikan keberadaan barang, jumlah dan jenis yang saya inginkan.  Respon yang diberikan lumayan cepat dan meyakinkan.  Walhasil, tak lama saya pun yakin check out setelah memilih beberapa item barang. Selang berapa jam, saya pun membayar keranjang belanjaan melalui transfer karena menghindari COD yang hukumnya masih diperdebatkan.  Beberapa ijtihad ulama menyepakati transaksi bayar ditempat dihukumi haram karena dalam satu transaksi melibatkan banyak pihak dan barang tidak langsung dibayar hand to hand atau langsung ke pemilik barang.  Akhirnya saya memilih alasan kehati-hatian, yakni membayar dengan cara transfer.


Sekalipun setelah terbayar, sedikit timbul rasa khawatir sebab baru kali ini saya melakukan pembelian online bertotal jutaan rupiah.  Manusawi kan kalo terselip rasa khawatir tertipu?


Keesokan harinya admin toko menghubungi saya melalui whatsapp dan tetiba meminta saya segera mencancel order dengan alasan akun toko di hack oleh orang yang bertanggungjawab.  Beliau menjelaskan panjang lebar. Sekalipun sudah melaporkan kepada pihak marketplace namun demi keamanan uang pelanggan ia memilih meminimalkan resiko, yakni kehilangan barang atau barang tidak dibayar pelanggan. Toh kedua resiko sama besarnya. So, ia meminta saya mengajukan membatalkan transaksi agar uang tidak ditarik oleh pihak yang tak bertanggungjawab.  *Padahal pada saat yang sama, barang miliknya sudah dijemput oleh ekspedisi.


Antara percaya atau tidak sebelumnya, namun logika saya mengatakan saya mempercayai alasannya, kalau ia bohong, untuk apa? bukankah ia yang rugi, jikalau ia memang berniat jualan di sana. Seharusnya ia menjaga statistik penjualannya di aplikasi itu. Sementara barang dagangannya sudah meluncur sebab saat dimintai resi pengiriman, supplier langsung memberikan dan nomor resinya bisa dilacak, sehingga pengiriman barang jelas valid. Masalahnya barang belum sampai di tangan saya, Jadi, belum bisa dipastikan apakah benar itu sesuai order.


Setelah melakukan pembatalan transaksi dan mengikuti prosedur pengembalian uang di aplikasi. Notifikasi muncul di HP, uang saya sudah kembali masuk ke rekening.  Hati kian tenang, problem utama sudah terpecahkan.


Belakangan, justru khawatir jika barang sampai, bagaimana jika gak sama barang yang terkirim dengan yang diorder, atau supplier berbohong dengan mengganti barang lain? (Banyak juga kan kasus penipuan semacam itu?) Atau apa supplier tidak ada rasa takut jika saya kabur tidak membayar? Beberapa hari saya keep contact dengan admin toko.  Dengan legowo sang admin menjawab pertanyaan terakhir (yang lain gak berani terlontar), " jika ibu gak jujur saya pun beresiko mengganti barang itu.  Namun satu yang saya selamatkan, yakni nama baik perusahaan dan uang customer tentunya.  Ditambah sang hacker tidak mendapatkan apapun dari transaksi ibu." Ok make sense.


Dua hari saya menunggu barang yang sedang otw dari Surabaya - Depok.  Kesepakatan di antara saya dan seller, jika barang sampai ....pembayaran akan diselesaikan manual melalui rekening kantor langsung (tidak menggunakan aplikasi belanja online lagi)


Alhamdulillah barang datang tepat waktu. Sayapun mengecek isi paket dan semuanya tiba dengan baik, lengkap, tanpa cacat.  Segera setelah itu saya menghubungi admin dan meminta rekening kantor, dan transaksi akhirnya ditutup dengan sama-sama saling mengucap terima kasih atas kerja sama yang terjalin.


MashaAllah indahnya sebuah muamalah, padahal saya sama sekali tidak mengenal pribadi yang admin. Begitu pun mereka tak mengenal saya. Point pertama muamalah yakni mengedepankan kejujuran menjadi sebab akad jual beli itu berjalan baik.


Oya, untuk buat partisi ini saya habis berapa? Size 1.5*1.6m memerlukan 10 batang ukuran 3m satuannya. Harga ada di gambar. Butuh klip on juga sebanyak hollownya. Total check out senilai 1.250.000an.  Karena tinggi partisi yang mau dipasang tekor yakni 157 cm maka diakali dengan tambah alumunium hollow 2 batang kurang lebih 300rb-an sebagai penopang utama WPC. Total seluruh pengeluaran plus mur, lem xylen sekitar 1.7an.  Belum upah tukang, ini karena harga sepupu gak di-spill saya kasih berapa xixixi.


Intinya saya menghemat sekitar 7ratusan ribu hingga sejutaan lah, kalo diborong sama tukang khusus exterior harga per meter sekitar 900rb*3m2 sekitar 2.7 juta terima jadi belum ongkos kirim.


Tertarik pengen punya juga? Monggo aja


Barakallah semoga awet.  





Salah satu syarat pembatalan transaksi, invoice barang dikirim balik

            











  

No comments:

Powered by Blogger.