Yang Kerap Tak disadari Suami

November 21, 2019


Paling sedih tuh kalo ketemu pria yang masih terkontaminasi budaya feodal.  "Urusan rumah ya tugas perempuan! Tugas bapak-bapak cuma cari uang."

Duh, ngakunya orang islam tapi sama sekali gak mau meniru yang disunnahkan rasulnya.  Entah memang gak pernah baca siroh atau mendengar kisah nabi yang momong cucu-cucu ketika berdakwah, jahit baju sendiri yang sobek, atau bahkan membantu istri di dapur.

"Ah, perempuan males itu mah yang selalu nuntut suami berbagi kerjaan rumah. Gak tahu apa? di kantor itu kami sudah capek dengan tugas2 yang menumpuk ... "

Speechless, berdebat masalah kayak gini kalau sama pria yang gak berilmu, gak mau belajar bahkan enggan berangkat ngaji memang runyam.

Eh, jangan dulu nyolot apa hubungannya, Pak?

Karena pria yang paham agama, akan cenderung memperlakukan istrinya dengan baik. Rasulullah bersabda;  "Sebaik-baik kalian (suami) adalah yang terbaik sikapnya terhadap keluarga. Dan aku adalah yang terbaik di antara kalian terhadap keluargaku." Hadits ini menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah sosok suami yang paling baik memperlakukan istri dan keluarganya.

Baca juga tentang-kemandirian-seorang-wanita

Jangan khawatir tuntunan islam itu fair kok. Sama-sama memuliakan kedudukan suami maupun istri. Kebalikannya istri yang baik justru akan berusaha kuat mendulang pahala sebanyak-banyaknya terhadap urusan rumah tangga.  Sebisa mungkin ia akan berkhidmat karena tahu betul ridhonya suami berarti ridhonya Allah.  Jadi, sudah selayaknya ia menjaga harta suami -- salah satunya dengan cara memelihara apa-apa yang ada di dalamnya, entah itu, uang, anak, rumah dan peralatannya.

Tapi pak, coba lihat beberapa kasus wanita yang terkena babyblues pasca melahirkan. Mereka yang stress akibat beban rumah tangga bahkan memutuskan mengakhiri hidupnya.

"Ah, itu mah yang gak kuat iman aja ..."

Hey hey ... gak sedikit lho para ibu yang sebetulnya ngerti agama, tapi kalah dengan kebaperannya sendiri lalu depresi akibat kurangnya perhatian suami.

Konon katanya ... wanita itu diciptakan dalam keadaan serba kurang akal dan tipis beragama, kecuali hanya sedikit saja yang mempunyai akal panjang dan beragama kuat. *Jangan kesel dulu, Mak! Kalau saya sih menanggapinya karena perempuan itu cenderung baperan, feelingnya yang jalan ketimbang logika.

Intinya sih menurut saya STOP saling membandingkan ini tugas kamu sebagai perempuam, atau ini ranah kewajibanku sebagai suami ... Selebihnya gak mau tahu.

Coba bagaimana apabila istri enggan mendengarkan curhat suami seputar pekerjaan? Toh, itu masalah elu, Pak Su! Atau tak sedikit juga lho, istri yang mencoba membantu tugas suami, keuangan rumah tangga. Padahal, sesampainya di rumah para wanita itu tetap ditunggu oleh segudang urusan domestik di rumah.

Lalu bagaimana dengan mereka yang memilih jadi IRT sejati sementara semua kerjaan rumah diborong sendiri ?

Kalian saja yang bekerja niscaya sesekali mengalami efek jenuh hingga tak jarang emosi dibawa pulang. Nah, pada dasarnya sama ... wanitapun tak jarang overload.

Coba renungkan jika kita memiliki pasangan yang pengertian, menyayangi dengan bukti nyata perlakuan yang baik dan enteng tangan membantu meringankan tugas masing-masing. Tentu yang ada kecintaan kita kian bertambah terhadapnya, sehingga kemudian bermuara pada sikap respek. Tatkala  tak di sisi niscaya merindukan sosoknya kembali.

Gak sedikit para ibu galau yang akhirnya luluh ketika suami gantian membuatkannya teh atau membantu mencuci piring. Sangat sepele sebenarnya, but worth it. Saya pribadi kerap dicurhati istri yang secara finansial cukup bahkan lebih, namun suami pegang sapu aja ogah.  Ganti boklam lampu yang putus aja gak mau.

Miris.

Dikisahkan Aisyah ketika ada yang bertanya padanya mengenai urusan apa saja yang biasa dilakukan oleh Rasulullah saat beliau berada di rumah, Aisyah menjawab : “Rasulullah membantu melaksanakan pekerjaan keluarga”. (HR Bukhari)

Ketika ditanya oleh Aisyah “Ya Rasulullah bukankah engkau telah dijamin surga? Mengapa engkau masih bersusah payah begini?  Beliau menjawab “Ya Humaira, apakah aku tak boleh menjadi hamba Nya yang bersyukur?” (HR Bukhari).

Ibarat pekerja, suami istri kalau hanya sibuk dengan jobdesk-nya masing-masing maka di mata pimpinan mereka mungkin saja karyawan yang andal, tapi yang jelas bukan kategori istimewa.

Kita tentu tak ingin memiliki RT yang biasa-biasa aja, kan?

Jadilah pasangan yang memiliki nilai plus di mata Allah dengan saling memuliakan satu sama lain sebagai wujud rasa bersyukur padaNya.

Mengamalkannya berarti mengikuti sunnah, menjaring pahala.

Fastabikul khairat

#celotehmega

No comments:

Powered by Blogger.